Sebagai seorang Muslim yang cukup aktif dalam kegiatan keagamaan, Wolff Schoemaker cukup disegani oleh para mahasiswa Indonesianya. Sementara kalangan mahasiswa Belanda dan orang-orang Eropa lainnya tak dapat memahami pilihan Wolff Schoemaker untuk menjadi Islam.
Dalam pengantar untuk Cultuur Islam, Wolff Schoemaker menyatakan bahwa karakter yang humanis dan toleran dalam Islam memberikan peluang bagi perkembangan ilmu pengetahuan. Mungkin hal itulah yang membuat Wolff Schoemaker merasa cocok dengan pilihannya.
Baca Juga: Sejarah 20 Mei: Hari Kebangkitan Nasional, Berdirinya Boedi Oetomo
Wolff Schoemaker memang merupakan figur yang sangat terbuka bagi ilmu pengetahuan. Ia juga unik sehingga tidak mudah dipahami oleh lingkungannya. Tidak mudah juga untuk dapat berteman dengannya. Kebanyakan rekannya menilainya sebagai seorang yang temperamental, emosional, sekaligus juga flamboyan dan sensual.
Masjid Kaum Cipaganti merupakan salah satu karyanya pada tahun 1934. Masjid ini dibangun di Nijlandweg, di tengah-tengah kompleks permukiman bangsa Eropa di Bandung Utara pada masa pemerintahan Bupati Rd. Tg. Hassan Soemadipradja. Namun saat meninggal dunia, ia dimakamkan di TPU Kristen Pandu pada tahun 1949.