Pada tahun 1911 Wolff keluar dari dinas militer dan dua tahun kemudian bekerja sebagai insinyur teknik pada Dienst Burgerlijk Openbare Werken atau Dinas Pekerjaan Umum Batavia.
Saat menjabat sebagai direktur di Gemeentewerken Batavia, diketahui ia menjadi seorang Muslim. Tidak ada informasi mengenai faktor apa yang menyebabkannya memutuskan berpindah agama saat itu.
Tak lama setelah memeluk agama Islam, Wolff Schoemaker mendapatkan gelar Kemal dari rekan-rekan Muslimnya. Kegiatannya dalam dunia Islam dilakukannya melalui jabatannya sebagai wakil ketua pada kelompok Western Islamic Association di Bandung.
Baca Juga: Belajar Sejarah, Proklamasi Kemerdekaan RI Bukan Dilaksanakan di Istana Negara, Lho!
Ia juga bergabung dengan organisasi Persatoean Oemmat Islam setelah masa perang kemerdekaan. Melalui sebuah surat panjang, Ia bahkan menyarankan pada mantan muridnya yang saat itu menjadi Presiden R.I., Ir. Soekarno, agar mengarahkan republik yang baru berdiri ini menjadi Kesultanan Indonesia Islamyah.
Pada tahun 1938 Wolff Schoemaker mendapatkan tugas untuk menggantikan kakaknya, Richard, sebagai pengajar di Techincal University di Delft. Dalam perjalanan menuju Belanda itu Wolff berkesempatan untuk mampir dan tinggal sebentar di Kairo, Mesir.
Setelah berada di Belanda, Wolff memutuskan untuk menunaikan ibadah haji ke Mekah pada akhir tahun 1938. Pada akhir tahun 1939 Wolff kembali ke Bandung dan melanjutkan tugasnya sebagai professor di Technische Hoogeschool (ITB).
Baca Juga: Serba-serbi Barongsai Khas Imlek, Dari Makna Hingga Gerakan Tariannya