Palembang, Sonora.ID - Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Selatan menilai kebakaran hutan dan lahan (karhutla) pada tahun ini dinilai bakal berdampak buruk lebih besar bagi masyarakat terutama di sektor kesehatan selama masa pandemi COVID-19.
Hal ini diungkapkan, Kepala Seksi Pengendalian Karhutla Dinas Kehutanan Sumsel, Syafrul Yunardi kepada Smart Fm Palembang, Kamis (10/09).
Syafrul mengatakan risiko terkena penyakit infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) bakal lebih rentan jika bencana asap akibat karhutla terjadi.
Baca Juga: Optimalkan Pencegahan Karhutla di Sumsel, Aplikasi Si Pakar Resmi Dikenalkan
“Hal ini sebelumnya sudah kita informasikan kepada masyarakat mengenai pandemi Covid-19 yang dampaknya jauh lebih besar terhadap kesehatan dan risiko apa saja yang bakal terjadi,” katanya.
Selain dari segi kesehatan, lanjutnya, dampak secara ekonomi terhadap karhutla juga besar.
Syafrul menambahkan, nilai kerugian ekonomi secara total akibat karhutla mencapai Rp 753 juta per hektar, dengan asumsi kurs dolar terhadap rupiah senilai Rp 14.000.
Baca Juga: BPBD Sumsel dalam Mencegah Karhutla: Mengandalkan Pemadaman Udara
“Kerugian ini berdasarkan besaran dampak karhutla yang tertuang dalam jurnal penelitian saya,” katanya.
Berdasarkan penelitian tersebut, ironisnya pihak yang mengalami kerugian apabila hutan dan lahan terbakar mayoritas merupakan masyarakat (sebesar 59 persen), kemudian perusahaan sebesar 29 persen dan pemerintah sebesar 14 persen.
“Dan dampak itu akan lebih besar jika terjadi di lahan gambut, makanya kami selalu sosialisasi soal karhutla dan betapa besar dampaknya, karena balik-balik masyarakat juga yang paling terdampak,” tutupnya.
Baca Juga: Cuaca Panas Tidak Separah Tahun 2019, Dishut Sumsel: Tetap Waspada dan Jangan Lengah