"Oo..., ini mbak Etta. Ini orang Batak tapi sudah di Surabaya. Sudah jadi orang Jawa," ujar Etta menirukan salah satu peserta rapat pagi menjawab pertanyaan JO.
"O iya ya, lha itu, Surabaya itu, itu harus..ludruknya itu jangan pernah nggak ditulis. Itu terus ditulis. Itu kan sebuah hiburan yang sangat menyentuh masyarakat," kenang Etta menirukan ucapan JO.
"Setiap kali ketemu, selalu kata ludruk yang saya inget. Pesannya itu. Dia bilang bahwa Surabaya itu budayanya sangat luar biasa sehingga harus terus ditulis, diangkat di Kompas karena itu sangat menyangkut manusia," kata Etta.
Baca Juga: 3 Tahun Berumah Tangga, Pasangan Lee Dong Gun & Jo Yoon Hee Resmi Bercerai
Ia juga berkilas balik, menceritakan telah bergabung di Kompas pada Desember 1990 saat masih berada di Medan.
"Saya dulu di Medan, tapi sering sekali dinas luar kota di Jakarta. Jadi memang sebelum periode dua ribu (tahun) agak sering ketemu. Bahkan setelah dua ribu sampai 2005 saat saya tugas di Jakarta di desk ekonomi juga agak lebih sering bertemu (JO). Terakhir sekali bertemu kalau gak salah 2017," ungkapnya.
Selain pengalaman terakhir bertemu saat tahun 2017, sekitar tahun 1995 saat di Surabaya, ia juga berkesempatan bertemu langsung serta berinteraksi dengan mendiang JO dalam sebuah perjalanan bersama.
Baca Juga: Jakob Oetama Meninggal Dunia, Khofifah: Indonesia Kehilangan Jurnalis Terbaik