Surabaya, Sonora.ID - Ketua Forum Komunikasi Daerah (FKD) Kompas Gramedia (KG) Jawa Timur, Agnes Swetta Pandia menceritakan pengalamannya saat bertemu langsung Pendiri Kompas Gramedia dan Pemimpin Umum Harian Kompas, Jakob Oetama (JO) semasa hidupnya.
Etta, nama panggilan Agnes Swetta Pandia yang juga sebagai Kepala Biro Harian Kompas Jawa Timur ini menceritakan momen dirinya dalam beberapa kesempatan saat bertemu secara langsung bahkan berinteraksi bersama mendiang Jakob Oetama.
"Terakhir sekali bertemu kalau gak salah 2017 saat saya bertugas jadi editor di desk Nusantara. Meski sudah berusia, ia (JO) juga tetap ikut rapat pagi, dua hari setiap pekan ia hadir di rapat pagi editor," kata Etta saat acara program khusus Radio Talkshow 'Mengingat dan Mengenang JO' bersama FKD KG Jatim melalui Zoom yang juga disiarkan secara live oleh Radio Sonora Surabaya 98.0 FM & Smart FM 88.9 Surabaya serta live Youtube, Selasa (09/09/2020) siang.
Baca Juga: Jenazah Jakob Oetama Dimakamkan secara Militer di Taman Makam Pahlawan Nasional Utama
Etta menceritakan, meski saat itu beliau (JO) telah berumur, namun selalu bersemangat untuk turut serta dalam kegiatan rapat pagi redaksi di Jakarta. Sisi kelucuan Jo pun masih sempat ia ingat saat dirinya sempat bertugas di Jakarta dan terlibat dalam rapat di suatu pagi.
Meski Etta telah beberapa kali mengenalkan dirinya kepada mendiang JO, pun beliau masih bertanya saat melihat Etta dalam ruang rapat dan bertanya siapa namanya.
"Mohon maaf, mbak itu siapa ya, kayaknya orang baru. Saya kok nggak pernah lihat," kenang Etta menirukan ucapan JO sambil tertawa.
"Oo..., ini mbak Etta. Ini orang Batak tapi sudah di Surabaya. Sudah jadi orang Jawa," ujar Etta menirukan salah satu peserta rapat pagi menjawab pertanyaan JO.
"O iya ya, lha itu, Surabaya itu, itu harus..ludruknya itu jangan pernah nggak ditulis. Itu terus ditulis. Itu kan sebuah hiburan yang sangat menyentuh masyarakat," kenang Etta menirukan ucapan JO.
"Setiap kali ketemu, selalu kata ludruk yang saya inget. Pesannya itu. Dia bilang bahwa Surabaya itu budayanya sangat luar biasa sehingga harus terus ditulis, diangkat di Kompas karena itu sangat menyangkut manusia," kata Etta.
Baca Juga: 3 Tahun Berumah Tangga, Pasangan Lee Dong Gun & Jo Yoon Hee Resmi Bercerai
Ia juga berkilas balik, menceritakan telah bergabung di Kompas pada Desember 1990 saat masih berada di Medan.
"Saya dulu di Medan, tapi sering sekali dinas luar kota di Jakarta. Jadi memang sebelum periode dua ribu (tahun) agak sering ketemu. Bahkan setelah dua ribu sampai 2005 saat saya tugas di Jakarta di desk ekonomi juga agak lebih sering bertemu (JO). Terakhir sekali bertemu kalau gak salah 2017," ungkapnya.
Selain pengalaman terakhir bertemu saat tahun 2017, sekitar tahun 1995 saat di Surabaya, ia juga berkesempatan bertemu langsung serta berinteraksi dengan mendiang JO dalam sebuah perjalanan bersama.
Baca Juga: Jakob Oetama Meninggal Dunia, Khofifah: Indonesia Kehilangan Jurnalis Terbaik
"Ketika itu ada acara Dewan Pers di hotel. Sekarang Singgasana, kalau dulu Hotel Hilton ya. Ketika itu begitu selesai acara, saya antar beliau ke parkiran, mau pulang lebih cepat dari yang lain. Lalu kita berjalan, ngobrol," lanjut Etta.
"Bagaimana khabarnya mbak, anak, suami, gimana sehat?," kata Etta menirukan ucapan JO saat dalam perjalanan. "Itu di dalam perjalanan, dia bisa langsung ngomong," lanjutnya.
"Mbak, anda nggak punya kebutuhan yang mungkin bisa saya penuhi?," kata JO saat itu. "Oh, ndak Pak ndak Pak. Nanti kalo kalau saya butuh. Mungkin suami saya mau sekolah, waktu itu mau sekolah. Nanti saya akan ngomong ke Pak Jakob," sahut Etta saat itu.
Baca Juga: Kisah Inspirasi Kesuksesan Pendiri Kompas Gramedia, Jakob Oetama
"Iya, jangan segan-segan ya mbak ya, pokoknya setiap ada kebutuhan itu ngomong aja. Tidak boleh meminta bantuan ke orang lain, kamu datang ke saya," kata JO saat itu.
"Itu kata-kata itu sampai segitunya ya. Padahal dia yang punya koran. Justru dia yang ngasih kita gaji gitu lho maksudku," jelas Etta.
Ia melanjutkan bahwa sosok JO baginya adalah seorang Bapak sekaligus Guru yang memberikan kehidupan dan nilai-nilai Kompas.
Sosok yang rendah hati, tidak mengagungkan diri dan tidak egois. Bahkan lanjutnya, dalam mengkritik, menegur orang tidak harus dengan cara yang meledak-ledak.
Baca Juga: Jakob Oetama Meninggal Dunia, Sang Doktor Honoris Causa dari Universitas Gajah Mada
"Tetapi ada banyak cara yang halus tapi membuat orang itu langsung kena juga," ungkapnya.
"Kita pasti akan saling menguatkan, saling belajar. Bagaimana supaya perusahaan ini, Kompas dan seluruh unit usahanya bisa tetap berjalan dan berkembang melalui nilai nilai Kompas yang sudah ditanamkan oleh para pendiri. Dengan 22 ribu karyawan KG, doa dan dukungannya menjaga bersama perusahaan. Kita telah melewati 55 tahun Kompas, semoga ada 55 tahun lagi," pungkasnya
Selain Etta, dalam acara Radio Talkshow "Mengingat dan Mengenang JO" yang dipandu oleh Andre Komarudin ini juga diikuti oleh anggota FKD KG Jatim lainnya, seperti Lusi Astuti dari unit bisnis Dyandara Convention, dan Budiono dari Debindo Mitra Tama.
Baca Juga: Profil Jakob Oetama, Pendiri Kompas Gramedia yang Meninggal di Usia 88 Tahun