Tidak hanya itu, angkatan kerja muda juga bisa melakukan survival mood dengan menjadi pekerja lepas atau freelancer.
Menurutnya saat ini realitanya mencari pekerjaan tidaklah mudah. Namun, freelancer ini mampu bekerja secara independen mencari klien dan tidak terkekang oleh perusahaan.
“Kata kuncinya, seorang freelancer harus mampu bekerja mandiri, financial planningnya harus baik. Freelancer waktunya fleksibel. Produktivitas itu dinilai dari output. Jadi harapannya melalui MJC ini kita dapat membentuk freelancer yang profesional holistik mulai etos kerja sampai dengan financial planning atau mengelola keuangannya dengan baik,” katanya.
Dirinya menambahkan, angkatan kerja muda juga bisa memanfaatkan teknologi dengan membentuk platform-platform baru.
Contohnya berkolaborasi dengan petani atau nelayan lokal untuk menjual dan mendistribusikan hasil panen atau tangkapan sehingga bisa menjangkau masyarakat lebih luas.
Baca Juga: Per 12 Oktober Jatim Bebas Zona Merah, Khofifah: Tugas Kita Tidak Berhenti di Sini
Pemprov Jatim melalui program MJC hadir untuk menfasilitasi para angkatan kerja muda. Program MJC ini sendiri sejak tahun 2019 hingga saat ini tercatat sebanyak 400 talenta, 600 klien dan 100 mentor yang sudah bergabung dalam project. MJC menargetkan 1.000 project pada akhir tahun ini.
“Pemprov juga terus memberikan stimulus, meningkatkan kompetensi melalui berbagai pelatihan serta menjalin kemitraan dengan stakeholder yakni antra UKM-BUMD-Swasta,” katanya.
Kegiatan sosialisasi dan bimtek ini diikuti 110 peserta yang mengikuti pelatihan secara virtual. Para peserta diantaranya terdiri dari para talenta yang mengerjakan project desain grafis dan foto produk untuk branding UKM yang berasal dari lima Bakorwil di Jatim yakni Malang, Madiun, Bojonegoro, Pamekasan dan Jember.