Staf Khusus Menteri Keuangan bidang Kebijakan Fiskal dan Makroekonomi, Masyita Crystallin, menyatakan nilai utang ini masih aman dan terjaga. Data ini, menurutnya, adalah data utang luar negeri total, termasuk swasta.
"Kalau melihat dari sisi porsi utang pemerintah saja, dalam jangka panjang risiko fiskal kita masih terjaga karena beberapa alasan," ujarnya.
Berdasarkan data kreditur yang dirilis oleh Bank Dunia, kredit utang luar negeri 2019 terbesar berasal dari sektor swasta yakni sebesar 181,25 miliar dolar AS, sementara dari penerbitan surat utang sebesar 73,22 miliar dolar AS.
Baca Juga: Pembacokan di Sampangan, Korban Salah Sasaran
Dia pun memaparkan nilai utang tersebut masih aman dilihat dari beberapa indikator. Pertama, porsi utang valas Indonesia 29 persen per 31 Agustus 2020.
"Itu masih terjaga sehingga risiko nilai tukar lebih bisa dikelola dengan baik, manageable."
Kedua, profil jatuh tempo utang Indonesia, menurutnya, juga cukup aman dengan average time maturity (ATM) 8,6 tahun (per Augstus 2020). Sebelumnya, ATM Indonesia sebesar 8,4 tahun pada 2018 dan 8,5 tahun pada 2019.
"Rata-rata utang pemerintah merupakan utang jangka panjang,” tambah Masyita.