Semarang, Sonora.ID - Baru-baru ini Bank Dunia baru saja merilis laporan International Debt Statistics atau IDS 2020. Dalam laporan itu, Indonesia masuk dalam 10 negara dengan pendapatan rendah-menengah yang memiliki utang terbanyak. Laporan tersebut menyatakan bahwa, ada beberapa negara yang terdaftar dalam negara yang memiliki utang terbesar dunia.
Berdasarkan laporan tersebut, Indonesia berada di posisi ke-7 dengan utang luar negeri terbesar di dunia pada tahun 2019. Posisi Indonesia tersebut setelah Tiongkok dan disusul Brasil, India, Rusia, Meksiko, dan Turki.
Adapun posisi utang luar negeri Indonesia pada 2019 mencapai 402,084 miliar dolar AS atau sekitar Rp5.940 triliun (asumsi kurs Rp 14.775). Angka tersebut naik 5,9 persen dari tahun 2018 yakni 379,589 miliar dolar AS.
Baca Juga: Indonesia Peringkat 7 Negara Paling Banyak Memiliki Utang Luar Negeri
Bank Dunia mencatat rasio utang luar negeri Indonesia terhadap ekspor pada 2019 sebesar 194 persen. Sementara, rasio utang terhadap gross national income (GNI) atau pendapatan nasional bruto sebesar 37 persen.
Adapun utang luar negeri Indonesia pada 2019 itu lebih didominasi oleh utang jangka panjang yang mencapai 354,54 miliar dolar AS. Sementara, utang luar negeri jangka pendek hanya sebesar 44,79 miliar dolar AS.
Secara rinci, berikut daftar 10 negara dengan pendapatan rendah-menengah dengan utang terbesar yang dirilis oleh Bank Dunia:
Staf Khusus Menteri Keuangan bidang Kebijakan Fiskal dan Makroekonomi, Masyita Crystallin, menyatakan nilai utang ini masih aman dan terjaga. Data ini, menurutnya, adalah data utang luar negeri total, termasuk swasta.
"Kalau melihat dari sisi porsi utang pemerintah saja, dalam jangka panjang risiko fiskal kita masih terjaga karena beberapa alasan," ujarnya.
Berdasarkan data kreditur yang dirilis oleh Bank Dunia, kredit utang luar negeri 2019 terbesar berasal dari sektor swasta yakni sebesar 181,25 miliar dolar AS, sementara dari penerbitan surat utang sebesar 73,22 miliar dolar AS.
Baca Juga: Pembacokan di Sampangan, Korban Salah Sasaran
Dia pun memaparkan nilai utang tersebut masih aman dilihat dari beberapa indikator. Pertama, porsi utang valas Indonesia 29 persen per 31 Agustus 2020.
"Itu masih terjaga sehingga risiko nilai tukar lebih bisa dikelola dengan baik, manageable."
Kedua, profil jatuh tempo utang Indonesia, menurutnya, juga cukup aman dengan average time maturity (ATM) 8,6 tahun (per Augstus 2020). Sebelumnya, ATM Indonesia sebesar 8,4 tahun pada 2018 dan 8,5 tahun pada 2019.
"Rata-rata utang pemerintah merupakan utang jangka panjang,” tambah Masyita.