Sehingga tak bisa dipungkiri perlu adanya manajemen kontrol yang kuat dari pemerintah pusat.
Dalam menghadapi dampak dari sektor perekonomian, Martin mengatakan satu-satunya cara adalah memakai instrumen pengeluaran pemerintah guna mempertahankan pertumbuhan ekonomi yang terperosok.
"Salah satu sumber pembiayaan memang dari utang, karena tidak mungkin juga meningkatkan penerimaan dari pajak dan retribusi pada saat seperti ini," kata dia.
Meski demikian, utang Indonesia termasuk manageable. Dia pun berharap di akhir tahun 2021 atau 2022, utang perekonomian Tanah Air bisa kembali membaik.
Baca Juga: Pembacokan di Sampangan, Korban Salah Sasaran
"Menurut saya, utang masih manageable dengan defisit APBN pada 2021 diperkirakan sekitar 5-6%, asalkan seluruh program-program dijalankan dengan cepat dan tepat sasaran. Harapan kita, pada akhir 2021 dan 2022 kita sudah bisa kembali pulih," pungkasnya.
Diketahui, data terakhir Bank Indonesia (BI), ULN Indonesia per Juli 2020 mencapai 409,7 miliar dollar AS atau 6.063,56 triliun (kurs Rp 14.800 per dollar AS) dengan rasio terhadap produk domestik bruto (PDB) sebesar 38,2 persen.
Jika dirinci utang tersebut terdiri dari utang publik (utang pemerintah dan bank sentral) sebesar 201,8 miliar dollar AS atau sekitar Rp 2.967,23 triliun.
Utang luar negeri dari swasta (termasuk BUMN) sebesar 07,9 miliar dollar AS atau sekitar Rp 3.056,92 triliun.
Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul PKS Sebut Pemerintahan Jokowi Royal Terhadap Utang, Nasdem: Itu karena Pandemi.