Palembang, Sonora.ID - Gubernur Provinsi Sumatera Selatan H. Herman Deru melakukan peluncuran Booster Signal Karya Inovasi Sekolah Menengah Kejuruan Se-Sumatera Selatan, Rabu (28/10), di Desa Betung, Kecamatan Semendawai Barat, Kabupaten Ogan Komering Ulu (OKU) Timur.
Menurut Herman Deru, hal ini merupakan hasil karya pelajar Sumatera Selatan. Diperkirakan, kegiatan ini merupakan yang pertama terjadi di Indonesia.
“Pertama, yang terbesar, bukan itu yang kita cari. Tapi, yang kita cari adalah memberikan pelayanan terbaik kepada seluruh masyarakat. Di dalamnya ada siswa/siswi, ada mahasiswa/mahasiswi, ada para pekerja, ada para pedagang, ada para petani, ada para pelaku di pemerintahan, ada DPR, yang semua butuh sinyal,” ujar Herman Deru, dalam video yang diunggah akun instagram @humasprovsumsel, Rabu (28/10).
Baca Juga: Komite BPH Migas Resmikan Enam SPBU Dengan Satu Harga di Sumbagsel
Dikatakannya, seperti makanan, sinyal sudah menjadi kebutuhan yang mutlak. Selain bisa mempermurah dan mempermudah komunikasi, sinyal tadi tetap membutuhkan dana.
Sebagai gambaran, lanjutnya, teknologi informasi di Sumatera Selatan telah mengalami beberapa kali perubahan.
“Dulu, kita jika ingin cepat pakai telegram. Harus ada telegram yang 1×24 jam baru sampai. Belum lagi kalau nyangkut di kantor Camat, untuk sampai ke desa aja. Coba ingat dulu, ketika tahun 80-an pun, kita masih menerima koran itu dengan tanggal tiga hari setelah itu,” ungkap pria yang menjabat sebagai Gubernur Sumatera Selatan sejak tahun 2018 lalu tersebut.
Baca Juga: Pakar Minta Pemerintah Lebih Transparan Menyampaikan Informasi Vaksin Covid-19
Ia mengungkapkan, dengan internet, seluruh kejadian di belahan dunia manapun, bisa diketahui secara real-time.
“Kita bisa lihat orang tawaf di Masjidil Haram, kita bisa lihat Donald Trump kampanye di Amerika dengan waktu yang bersamaan. Inilah teknologi,” ujar mantan Bupati Ogan Komering Ulu (OKU) Timur dua periode tersebut.
Menurutnya, seluruh pihak harus berjalan dengan cepat. Hal tersebut, terinspirasi dari siaran televisi yang disaksikannya, Rabu (28/10) pagi.
“Saya baca betul tadi. Sebelum berangkat ke sini saya nonton televisi. Di dinding rumah warga itu ada tulisan lambat tertinggal berhenti mati,” ungkap suami dari Febrita Lustia tersebut.
Dikatakannya, dunia ini, seyogianya adalah milik generasi masa depan. Maka, perlu dipikirkan, harta peninggalan seperti apa yang akan diwariskan kepada mereka.
“Tanah? Tuhan sudah setop buat tanah. Tuhan sudah gak buat lagi tanah. Gak ada lagi Tuhan buat tanah baru. Apakah kita harus berpikir memberikan warisan tanah? Jadi, warisan yang paling berharga dan tidak akan pernah mati, itu adalah ilmu dan teknologi. Maka, gak ada pilihan. Ketika kita mau lambat berarti kita tertinggal, kalau kita mau berhenti berarti kita tertindas dan mati,” ujarnya.
Baca Juga: Gubernur Sumsel Kukuhkan Dewan Riset Daerah 2020-2022