HHBK yang dikelola masyarakat sekitar melalui program Perhutanan Sosial, menurutnya sudah tersebar di sembilan Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) di provinsi ini. Di mana fokus utamanya adalah upaya menyejahterakan masyarakat tanpa melakukan penebangan pohon.
Roy yang juga menjabat sebagai Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Kalimantan Selatan ini juga mengungkapkan bahwa salah satu HHBK yang cukup menjanjikan untuk dikembangkan adalah produk olahan bambu berupa tusuk sate hingga tusuk gigi.
Bahkan kini pemasarannya juga sudah sampai ke daerah tetangga, seperti Kalimantan Timur dengan permintaan yang cukup banyak.
Baca Juga: BPS Ungkap Deflasi Sumsel Bulan Agustus Capai 0,33 Persen
Seperti yang dituturkan Kepala KPH Hulu Sungai, Rudiono Herlambang, di mana saat ini permintaan atas produk olahan itu terus meningkat dari waktu ke waktu.
“Di pabrik pengolahan tusuk sate yang dikelola KTH Surya Muda Hulu Sungai Selatan, produksi per bulannya mencapai 3-4 ton,” jelasnya.
Selain mempunyai fungsi ekonomi yang tinggi, pohon bambu juga diakui memiliki fungsi ekologis melindungi kawasan Daerah Aliran Sungai (DAS), guna menahan butiran hujan dan mencegah terjadinya erosi.
Namun diakuinya, sebagian besar bambu yang digunakan untuk diolah masih tumbuh secara liar di sepanjang DAS di daerah Hulu Sungai Tengah, Hulu Sungai Selatan dan Tapin, atau dapat dikatakan belum dibudidayakan secara khusus.
Baca Juga: Kementan dan Pemda Sulut Sepakat Kembangkan Lahan Subur Untuk Komoditas Nasional