"Secepatnya (kajian) ini sudah jadi, bisa kita masukkan dalam roadmap pengembangan renewable energy kita. Harapan saya bisa selesai sebelum akhir tahun, sehingga rencana dalam RKAP memiliki acuan yang jelas. Asumsi saya bisa meminimalkan biaya operasi konsumsi listrik bisa mencapai 10 sampai 15% jika maksimal. Di sisi yang lain, kita bisa memanfaatkan penyewaan atap atau space area bandara yang bisa digunakan untuk pemasangan panel surya," ucap Awaluddin.
Di tempat yang sama, Direktur Konservasi Energi Kementerian ESDM, Hariyanto mengatakan pihaknya ingin mendorong kerjasama ini bukan semata menjalankan surat keputusan saja, namun yang lebih utama adalah untuk mendorong penggunaan PLTS di lingkungan Angkasa Pura II.
Kementerian ESDM melalui EBTKE (Energi Baru, Terbarukan, dan Konservasi Energi), khususnya Direktorat Konservasi Energi diharapakan dapat mengawal kerjasama ini dan mensinergikan dengan Bandara Soetta, Kualanamu, dan Banyuwangi.
Baca Juga: PT KAI DAOP 2 Bandung Bagikan 1000 Masker Kepada Pelanggan Kereta Api
Khususnya di Bandara Banyuwangi yang akan dijadikan bandara green and efficient airport. Melalui kerjasama ini diharapkan bisa diketahui berapa energi terbarukan yang perlu dipasang dan penggunaan optimalnya seperti apa.
Kemudian, sebagai pelaksana pembangunannya adalah perusahaan patungan atau JV (joint venture) yang dibentuk oleh Len Industri, Pertamina, dan PLN.
Kolaborasi BUMN seperti ini bisa menjadi inisiator pemanfaatan PLTS yang lebih luas di Indonesia, sekaligus untuk mengejar target energi bauran 2025 tentang Kebijakan Energi Nasional pada Perpres No.79 tahun 2014.
Baca Juga: PLN Kembali Hadirkan Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik di Parkir Gedung Sate Bandung
BUMN bisa menjadi...