Hasto menambahkan pembinaan kehidupan keluarga harus juga dilakukan di daerah rawan pangan. Mengingat ketahanan pangan tiap wilayah berbeda-beda. Intervensi ini di antaranya terkait dengan penurunan kasus stunting dan juga mengendalikan Total Fertility Rate (TFR).
Hadirnya era bonus demografi di Indonesia di mana setiap 100 penduduk menanggung 46 penduduk yang tidak produktif di 2024 harus disikapi dengan tepat.
“Dengan peluang ini kesempatan Indonesia punya SDM unggul tidak lama lagi. Window of opportunity tidak lama lagi dan kita segera masuk ke aging population pada 2035,” tegas mantan Bupati Kulon Progo tersebut.
BKKBN merasa berkepentingan untuk ikut mewujudkan SDM tidak hanya kuantitas tapi juga kualitasnya. Oleh karena itu harus didukung gizi, nutrisi dan hasil pertanian yang baik.