Jika seandainya benar dilarang memproduksi atau menjual arak, kata Redana, berapa orang yang menjadi pengangguran karena banyak yang berhenti menjadi petani arak.
"Tidak hanya petani arak di Desa Tri Eka Buana mengeluh. Semua petani arak di seluruh Karangasem pasti mengeluhkan kebijakan ini. Seperti di Desa Tlagatawang, Kepung, Merita, dan Sidemen. Soalnya ini masalah isi perut," kata Regen, sapaan Nyomn Redana.
Data dihimpun Tribun Bali, jumlah petani arak tradisional di Karangasem mencapai 7.600 orang yang tersebar di empat kecamatan. Di antaranya Kecamatan Manggis, Sidemen, Abang, dan Kubu.
Baca Juga: Dukung Arak Bali untuk Covid-19, Luhut: Kearifan Lokal Bukan Akal-akalan
Rinciannya, di Kecamatan Manggis terdapat 800 orang petani arak, Kecamatn Abang 2.500 orang, Kecamatan Kubu 600 orang. Paling banyak di Kecamatan Sidemen mencapai sekitar 3.800 petani arak.
Adapun produksi arak di Karangasem per bulannya mencapai 220.000 botol, dan per tahun mencapai 2.650.000 botol.
Baca Juga: 77,33 Persen Pasien Covid-19 di Bali Sembuh, Ramuan Arak Bali Mulai Diteliti