Rata-rata produksi yang dihasilkan antara 100 hingga 300 kilogram. Di bulan Juli 2017 kelompoknya berhasil memproduksi 338 kilogram olahan rumput laut dengan berbagai olahan seperti es krim rumput laut, manisan, bakso, minuman, kerupuk, dan lain-lain.
Namun di bulan November turun drastis menjadi 20 kilogram. Bahan baku rumput laut yang dihasilkan para petani di PPU juga menjadi kendala tersendiri dalam produksinya.
Kualitas rumput laut di PPU rendah kualitasnya sehingga makanan olahan yang dibuat pun kurang memenuhi standar. Akibatnya, angka penjualan menurun.
Baca Juga: 8 Fakta Negara-Negara di Dunia, Negara India Jadi Negara Terkotor
Meski demikian, Salbiyah dan anggotanya tetap tetap memproduksi olahan rumput laut untuk bertahan hidup, dengan mengambil bahan baku dari Tanah Grogot Kabupaten Paser.
Tentunya hal ini memerlukan biaya tambahan, namun cara itulah yang bisa membuat dirinya bisa terus berproduksi.
Salbiah dan 26 anggotanya terus mencari jalan keluar agar tetap bertahan di tengah pandemi Covid-19 ini. Apalagi Koperasi LPP ini dibentuk atas bantuan PT Pertamina Hulu Kalimantan Timur (PHKT) yang kala itu masih berbendera Chevron Indonesia Company.
Baca Juga: Buka Sampai Malam, Kampung Jawi Kembali Ramai Didatangi Pengunjung