"Industri 4.0 dengan teknologi big data and cloud coumputing, internet, artificial intellegent, Cyber Phisycal System, dan Cognitive Computing kemudian mempengaruhi kehidupan manusia dan menghasilkan ekosistem VUCA," kata Saleh.
Oleh karena itu ekosistem VUCA harus diadaptasi oleh perpustakaan agar layanannya selalu relevan dengan pengguna. Abdul Rahman menyebut, aplikasi perpustakaan digital yang dimiliki Perpusnas, iPusnas, merupakan contoh bagaimana perpustakaan dapat berkembang mengikuti perubahan yang cepat dan penuh ketidakpastian.
“Dulu tidak pernah terbayang oleh saya ada perpustakaan digital yang membuat orang dapat meminjam dan membaca buku dari mana saja seperti iPusnas. Kita dapat membaca buku dengan jumlah halaman ratusan dan ukuran file yang besar dari gawai kita,” tambahnya.
Ekosistem VUCA harus dilihat sebagai potensi terhadap pengembangan perpustakaan dan profesi pustakawan, ketimbang dilihat sebagai sebuah ancaman.
“Banyak pekerjaan lama yang terancam hilang karena digantikan mesin, robot, dan komputer. Sementara banyak juga pekerjaan baru yang akan muncul. Pekerjaan yang tidak akan terpengaruh adalah pekerjaan yang bersifat personal dan memerlukan pemikiran,” tambahnya.
Abdul Rahman menambahkan, pustakawan saat ini harus memiliki kompetensi penguasaan TIK, kemampuan riset, kemampuan komunikasi, mengajar, menulis, mengemas informasi, manajemen informasi, dan telaah sistem kepustakawanan.