Banjarmasin, Sonora.ID – Dari sekitar 1.000 pemuda Indonesia, 80 persen di antaranya disinyalir terkontaminasi paham radikal. Hal itu diambil dari kajian yang dilakukan oleh Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT) Kalimantan Selatan, beberapa waktu lalu.
Bahkan yang lebih mengejutkan, rentang usianya berkisar di antara 18-20 tahun, yang merupakan usia rentan terpengaruh berbagai pemahaman karena rata-rata masih dalam pencarian jati diri.
“Ya, rata-rata anak muda,” ungkap Ketua FKPT Kalimantan Selatan, Aliansyah Mahdi, beberapa waktu lalu.
Baca Juga: 37 Eks Anggota FPI Jadi Teroris, Gabung ke Organisasi JAD dan MIT
Mudahnya pemikiran anak muda di usia tersebut dimasuki oleh oknum berpaham radikal, menjadi salah satu alasan.
Bahkan diungkapkannya, dalam salah satu sesi pemaparan dan diskusi dengan salah satu kombatan Bom Bali yang sudah kembali ke pangkuan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), terungkap bahwa proses radikalisasi anak muda hanya memerlukan waktu dua jam.
“Yang paling mudah, ketika anak muda sedang dilanda galau, sekarang bisa kelihatan dari postingan-postingan di media sosial,” jelas Didit, sapaan akrabnya.
Di wilayah Kalsel, Ia mengakui sulit untuk dilakukan pemetaan wilayah mana saja yang rawan terjadi aksi ‘cuci otak’ oleh para penganut paham radikal, apalagi yang sampai mengarah ke potensi aksi teror.
Namun pihaknya terus gencar melakukan sosialisasi ke daerah-daerah yang dinilai rawan dan bertemu dengan para tokoh agama serta tokoh masyarakat, untuk saling bekerjasama mencegah meluasnya paham radikal.
Apalagi masyarakat sempat dikejutkan dengan aksi teror penyerangan Polsek Daha Selatan, Kabupaten Hulu Sungai Selatan, yang menewaskan satu anggota Polri yang bertugas saat itu.
Baca Juga: Prof Muradi: Mereka yang Ditembak Diduga Tunggangi FPI
Salah satu metode yang saat ini dinilai paling tepat untuk diterapkan, menurut Didit adalah dengan menyisipkan materi terkait bahaya radikalisme dan upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah meluasnya paham tersebut, melalui pengajian dan majelis-majelis taklim.
Sementara itu, Kabid Kepemudaan FKPT Kalsel, Hafizh, mengungkapkan jika kejadian penyerangan ke Polsek Daha Selatan yang terjadi beberapa bulan lalu, memang mengejutkan banyak pihak.
Pasalnya, selama ini wilayah Kalsel dinilai sangat kondusif dari aksi-aksi teror, terlebih pelakunya yang rupanya masih sangat muda.
Untuk itu, pihaknya yang berada di bawah koordinasi Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), terus berupaya melakukan berbagai cara.
Di bidang kepemudaan, keterlibatan para pemuda untuk memberikan sosialisasi kepada sesamanya juga dilakukan, melalui pembuatan video-video pendek yang dikompetisikan di kalangan pelajar.
Hal ini dinilai sangat potensial untuk meningkatkan kontribusi dan kesadaran para pemuda dalam upaya pencegahan terorisme dan meluasnya paham radikal di provinsi ini.