“Tahun 2016 mereka hanya memelihara 300 (ekor). Tahun ini sudah memerlihara 916 sehingga ditetapkan sebagai role model nasional,” bebernya.
PT. BKB, jelas Suparmi, saat ini sudah mampu memproduksi atau mengembangkan ternak sapi dengan biaya rendah, yakni hanya sekitar Rp 34.000 perkilogram berat badan.
“Dengan mengibaratkan sapi adalah tamu dan kelapa sawit adalah tuan rumah. Sehingga biaya pemeliharaannya sangat rendah,” imbuhnya.
Jika Kalimantan Selatan sudah bisa memenuhi kebutuhan daging merah secara mandiri, maka tidak perlu lagi mendatangkan dari daerah luar.
Di mana selama ini, kebutuhan daging sapi masih mengandalkan dari daerah luar, semisal Bali, Madura, dan Nusa Tenggara.
Baca Juga: Pemkot Denpasar Tunda Pembelajaran Tatap Muka Hingga Maret 2021
“Kalau industri peternakan sapi kita sudah berbiaya rendah, maka secara otomatis Kalsel akan mampu memenuhi kebutuhan sapi daerah-daerah tetangga. Bahkan menyuplai kebutuhan daging sapi untuk ibu kota negara baru nantinya,” harap Suparmi.
Selain menyuplai sapi hidup, Kalimantan Selatan juga siap menyalurkan kebutuhan sapi dalam bentuk daging. Hal itu didukung dengan keberadaan Rumah Potong Hewan (RPH) satu-satunya di Pulau Kalimantan yang bersertifikat khusus.
“Kita siap menyalurkan dalam bentuk daging karena Kalsel sudah memiliki RPH bersertifikat di Kabupaten Banjar,” tambahnya.
Baca Juga: Jelang Nataru, Bandara Sams Sepinggan Layani 33.132 Penumpang