Siap Swasembada Sapi di Tahun 2022, Ini Langkah Pemprov Kalsel

23 Desember 2020 09:50 WIB
Suparmi, Kepala Dinas Perkebunan dan Peternakan Kalimantan Selatan
Suparmi, Kepala Dinas Perkebunan dan Peternakan Kalimantan Selatan ( Smart Banjarmasin/Eva Rizkiyana)

Banjarbaru, Sonora.ID – Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan mulai melakukan percepatan realisasi program swasembada sapi pada tahun 2022 mendatang.

Cara lama yang sudah diterapkan melalui program Sapi Induk Wajib Bunting (SIWAB) yang sudah terbukti meningkatkan populasi sapi potong.

“Bapak Gubernur kita selalu menyemangati dan mendorong kami bagaimana Kalsel bisa cepat swasembada sapi. Kita ditarget tahun 2022 untuk percepatan swasembada sapi,” ungkap Kepala Dinas Perkebunan dan Peternakan Kalsel, Suparmi, kepada sejumlah awak media, pada Selasa (22/12) siang.

Baca Juga: Pandemi dan Sepi Wisatawan, Pendapatan Pasar Kumbasari Denpasar Jeblok Rp 700 Juta Per Hari

Salah satu upaya yang dilakukan untuk merealisasikan target tersebut adalah dengan mengintegrasikan perkebunan kelapa sawit dengan peternakan sapi.

Realisasi percepatan swasembada sapi, lanjut Suparmi, tidak bisa hanya mengandalkan bantuan APBN maupun APBD, namun juga perlu sokongan dari pihak swasta.

“Perlu dukungan pihak swasta. Terkait pengintegrasian kelapa sawit dan sapi sebenarnya kajian awalnya sudah ada. Namun saat ini tindak lanjutnya dilakukan Balitbangda,” lanjut Suparmi.

Baca Juga: Pandemi dan Sepi Wisatawan, Pendapatan Pasar Kumbasari Denpasar Jeblok Rp 700 Juta Per Hari

Secara nasional, role model peternakan sapi dan perkebunan kelapa sawit ada di Kalimantan Selatan, yakni yang dilakukan PT. Buana Karya Bhakti di area perkebunan kelapa sawit di Kecamatan Satui, Kabupaten Tanah Bumbu.

“Tahun 2016 mereka hanya memelihara 300 (ekor). Tahun ini sudah memerlihara 916 sehingga ditetapkan sebagai role model nasional,” bebernya.

PT. BKB, jelas Suparmi, saat ini sudah mampu memproduksi atau mengembangkan ternak sapi dengan biaya rendah, yakni hanya sekitar Rp 34.000 perkilogram berat badan.

“Dengan mengibaratkan sapi adalah tamu dan kelapa sawit adalah tuan rumah. Sehingga biaya pemeliharaannya sangat rendah,” imbuhnya.

Jika Kalimantan Selatan sudah bisa memenuhi kebutuhan daging merah secara mandiri, maka tidak perlu lagi mendatangkan dari daerah luar.

Di mana selama ini, kebutuhan daging sapi masih mengandalkan dari daerah luar, semisal Bali, Madura, dan Nusa Tenggara.

Baca Juga: Pemkot Denpasar Tunda Pembelajaran Tatap Muka Hingga Maret 2021

“Kalau industri peternakan sapi kita sudah berbiaya rendah, maka secara otomatis Kalsel akan mampu memenuhi kebutuhan sapi daerah-daerah tetangga. Bahkan menyuplai kebutuhan daging sapi untuk ibu kota negara baru nantinya,” harap Suparmi.

Selain menyuplai sapi hidup, Kalimantan Selatan juga siap menyalurkan kebutuhan sapi dalam bentuk daging. Hal itu didukung dengan keberadaan Rumah Potong Hewan (RPH) satu-satunya di Pulau Kalimantan yang bersertifikat khusus.

“Kita siap menyalurkan dalam bentuk daging karena Kalsel sudah memiliki RPH bersertifikat di Kabupaten Banjar,” tambahnya.

Baca Juga: Jelang Nataru, Bandara Sams Sepinggan Layani 33.132 Penumpang

Dengan keterlibatan pihak swasta, Ia berharap para petani akan terbantu dalam program pembesaran sapi, baik yang di perkebunan maupun di pertambangan.

“Kalau untuk pembesaran anggarannya terlalu besar untuk petani. Makanya itu nanti yang akan kita himpun kepada pelaku usaha swasta,” pungkasnya.

Luas lahan kebun sawit yang digunakan dalam kegiatan integrasi adalah 1776,64 Ha dengan sistem pemeliharaan grazing pada 64 blok kebun sawit. PT BKB menyediakan paddock nursery sebesar 37 Ha yang digunakan pada saat sapi masuk, untuk lokasi pedet pra-sapih dan karantina hewan yang sakit.

Kebutuhan pakan untuk pengembangbiakan berasal dari cover crop dan vegetasi hijauan dari kebun sawit dengan jumlah ad-libitum.

Tambahan yang diberikan adalah mineral (garam, DCP, zwavelzure ammoniak dan mineral blok), vitamin (non steroid) dan elektrolit, lodium dan molasses. Jumlah yang diberikan 150 gram/ekor/hari atau seharga Rp. 1006,5/ekor/hari.

Sapi ditempatkan di kebun sawit dengan dibatasi oleh pagar listrik (electric fence). Satu blok kebun seluas 30 Ha digunakan untuk penggembalaan 319 ekor sapi.

Rotasi ternak dilakukan setiap hari pada pagi hari. Kebutuhan air minum diperoleh dari tempat penyimpanan air khusus yang dapat dipindahkan (portable).

Baca Juga: H2D Galang Dana Rp5.000, Supian HK : ‘Jangan Libatkan Masyarakat!’

PenulisFakhrurazi
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.
92.0 fm
98.0 fm
102.6 fm
93.3 fm
97.4 fm
98.9 fm
101.1 fm
96.7 fm
98.9 fm
98.8 fm
97.5 fm
91.3 fm
94.4 fm
102.1 fm
98.8 fm
95.9 fm
97.8 fm
101.1 fm
101.1 Mhz Fm
101.2 fm
101.8 fm