Harga Kedelai Import Naik, Pengusaha Tempe di Buleleng Terpaksa Turunkan Jumlah Produksi

4 Januari 2021 15:30 WIB
Harga Kedelai Import Naik, Pengusaha Tempe di Buleleng Terpaksa Turunkan Jumlah Produksi
Harga Kedelai Import Naik, Pengusaha Tempe di Buleleng Terpaksa Turunkan Jumlah Produksi ( Tribun Bali)

Bali, Sonora.ID - Kedelai import sampai saat ini mengalami kenaikan harga. Kenaikan ini terjadi sejak November 2020 lalu, hingga menyebabkan para pengusaha temped an tahu terpaksa menurunkan jumlah produksinya. 

Salah satu pengusaha tempe saat ditemui Senin, (04/1/2021) di Lingkungan Taman Sari, Kecamatan Buleleng Said (48) mengatakan bahwa harga kedelai import kini mencapai Rp 9 ribu per kilogram. Yang mana sebelumnya Rp 6 ribu per kilogram.

Dengan adanya kenaikan ini, Said pun terpaksa menurunkan produksi tempenya. Sebelum ada kenaikan ini, Said menjelaskan bahwa sehari, ia bisa menghabiskan 160 kilo kedelai. Karena kenaikan harga hingga saat ini, ia hanya bias memproduksi 130 kilo per hari.

Baca Juga: Hindari Beli Tempe dengan 3 Ciri-ciri ini, atau Anda Akan Menyesal

Said menunturkan jumlah produksi tempe ini terpaksa ia turunkan karena jumlah pembeli juga mulai berkurang. Pihaknya pun berharap kenaikan ini tidak berlangsung lama. Sebab, untuk membuat tempe, Said hanya menggunakan kedelai import.

"Jumlah pembeli juga berkurang, karena harga tempe terpaksa saya naikan Rp 1000. Jadi mereka yang biasanya ngambil langsung 50 lonjor, sekarang hanya 30 lonjor. Selama 25 tahun menjadi pengusaha tempe, saya hanya pakai yang impor. Karena kedelai lokal sulit didapat," keluhnya.

Di sisi lain, Gabungan Koperasi Produsen Tempe Tahu Indonesia (Gakoptindo) memutuskan untuk menaikkan harga tahu dan tempe.

Baca Juga: Pemprov Bali Kembali Tunda Rencana Pembelajaran Tatap Muka di Sekolah

Keputusan tersebut diambil akibat harga kedelai sebagai bahan baku tahu tempe mengalami kenaikan. Saat ini harga kedelai mencapai Rp 9.500 per kilogram (kg), yang sebelumnya Rp 7.000 per kg.

Ketua Gakoptindo, Aip Syarifudin mengaku jika diproduksi dan dijual dengan harga Rp 11.000 hingga Rp 12.000 per kg maka akan mengalami kerugian.

Aip menjelaskan untuk membuat tahu dan tempe memerlukan tambahan biaya produksi sebesar Rp 3.000 hingga Rp 4.000. Sehingga Aip menganjurkan kenaikan sebesar 20%, menjadi Rp. 15.000 per kg.

Baca Juga: Memasuki Semester Genap, Siswa di Bali Kembali Belajar Secara Daring

Keputusan tersebut diharapkan akan didukung oleh pemerintah. Meski tak memerlukan persetujuan pemerintah, Aip menerangkan perlu adanya dukungan pemerintah.

Pekan depan Gakoptindo akan melakukan pembahasan dengan Kementerian Perdagangan (Kemendag). Nantinya Gakoptindo mengusulkan adanya kebijakan yang menguntungkan seluruh pihak.

Aip menerangkan salah satu penyebab naiknya harga kedelai adalah pengaruh harga dunia.

Baca Juga: Terkait Vaksin Covid-19, Dinkes Badung Masih Tunggu Arahan dari Pusat

Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.
92.0 fm
98.0 fm
102.6 fm
93.3 fm
97.4 fm
98.9 fm
101.1 fm
96.7 fm
98.9 fm
98.8 fm
97.5 fm
91.3 fm
94.4 fm
102.1 fm
98.8 fm
95.9 fm
97.8 fm
101.1 fm
101.1 Mhz Fm
101.2 fm
101.8 fm