Banjarmasin, Sonora.ID - Hantaman pagebluk yang melanda Indonesia termasuk di Banjarmasin, membuat lumpuh perekonomian.
Tak ayal, berbagai bentuk usaha pun dilakukan masyarakat untuk tetap bisa bertahan hidup. Bahkan tidak menutup kemungkinan, banyak anak-anak yang harus bekerja untuk membantu orang tuanya mengais rejeki.
Seperti profesi yang sekarang ini marak digandrungi oleh anak-anak mencari nafkah adalah dengan berperan sebagai badut jalanan.
Baca Juga: Pastikan Tidak PSBB, Banjarmasin Andalkan Kampung Tangguh & Posko PSBK
Meskipun sebenarnya, seusia mereka hanya memiliki kewajiban untuk belajar di sekolah. Namun karena situasi pandemi CoVID-19 sekolah ditutup dan pembelajaran dilaksanakan secara daring.
Wali Kota Banjarmasin, Ibnu Sina pun angkat bicara mengenai fenomena yang sekarang ini banyak ditemukan.
Ibnu pun menemukan indikasi, bahwa anak-anak tersebut dipekerjakan oleh orang tuanya, yang disebabkan karena kelamaan belajar di rumah.
Baca Juga: Pastikan Tidak PSBB, Banjarmasin Andalkan Kampung Tangguh & Posko PSBK
"Hasil penelitian hanya 50 persen siswa saja yang belajar daring. Sisanya itu yang dikhawatirkan lost learning dan berujung pada lost generation. Maka terindikasi eksploitasi terhadap anak," ucapnya kepada Smart FM, di lobi Balai Kota, Kamis (07/01).
Mengantisipasi hal tersebut, maka Pemko Banjarmasin sempat mempersiapkan pembelajaran tatap muka (PTM), ketika kewenangan diberikan ke kepala daerah.
Namun karena kewenangan itu ditarik dan kembali berada di Pemerintah Pusat, maka PTM yang rencananya digelar pada 11 Januari 2021 untuk tingkat SMP dan 18 Januari 2021 untuk simulasi tingkat SD terpaksa ditunda.
"Bagaimanapun juga PTM sangat diperlukan. Padahal sudah kita siapkan, dengan menerapkan protokol kesehatan," tambahnya.
Baca Juga: 11 Pejabat Utama Polda Kalsel Duduki Posisi Baru di Awal Tahun 2021
Ibnu menerangkan, Pemko Banjarmasin melalui Satpol PP akan melakukan patroli dan menertibkan apabila banyak ditemukan badut jalanan yang merupakan anak sekolah.
Itulah satu-satu cara menurut Ibnu, untuk menanggulangi terjadinya eksploitasi terhadap anak, dan mengurangi adanya badut-badut jalanan yang merupakan anak sekolah.
"Kita akan mengambil sikap paling bijaksana, paling tidak patroli dan memantau. Yang menjadi badut ini anak-anak atau orang tua. Kalau banyak ditemukan anak-anak kita akan tertibkan," pungkasnya.
Baca Juga: DBD Mengancam, Stok Tromboparesis di PMI Banjarmasin Justru Menipis