Jika di hari pertama masih dapat bekerja dari rumah, di hari kedua ini listrik sudah dua kali dipadamkan PLN.
Alasannya tentu saja karena di beberapa wilayah air sungai semakin tinggi dan terlalu berisiko jika listrik tetap dialirkan.
"Jangankan pergi kerja, mau nyari makan pun susah karena akses kami keluar masuk komplek juga terbatas," tambahnya lagi.
Ucapan Dewi bukan isapan jempol, ketinggian air di jalur masuk dan keluar komplek tersebut memang sulit dlewati oleh kendaraan bermotor.
Baca Juga: Kalsel Banjir Parah, Gubernur Tetapkan Status Tanggap Darurat Bencana
Di depan komplek, misalnya, air mencapai lutut orang dewasa, beberapa motor yang memaksakan lewat harus rela mogok karena kemasukan air. Begitupun mobil yang mesinnya rendah, mau tak mau putar balik.
Sementara di area belakang komplek, air juga cukup dalam.
"Saya tinggal di sini sudah puluhan tahun, gak pernah begini airnya," tutur Madjid (65 tahun), yang juga tinggal di komplek tersebut.
Pada akhir 2017 lalu, diakuinya sempat muncul genangan air yang turut merendam rumah.
Namun saat itu, air langsung surut di siang hari dan tingginya pun hanya semata kaki.
Baca Juga: Travo PLN Terendam, PDAM Bandarmasin Matikan Pompa Intake Sungai Tabuk