Sonora.ID - IHSG mulai mengalami koreksi setelah naik 28% sepanjang Oktober hingga awal Januari.
IHSG saat ini tertahan di supportnya di 6.260 kendati sempat turun hingga 6.148. Apa yang terjadi oleh IHSG, juga dialami oleh saham-saham lainnya.
Koreksi yang terjadi bagi seorang trader bisa dilihat sebagai peluang untuk mendulang cuan.
Umumnya strategi yang digunakan adalah Buy on Weakness (BoW) dengan tujuan membeli harga yang sudah rendah dan menjualnya kembali ketika naik harganya.
Baca Juga: Saham Bank Jatim Meroket 9% Sendiri, Bagaimana Kinerja BJTM?
Apa itu strategi Buy on Weakness?
Strategi Buy on Weakness adalah strategi dimana trader membeli saham di harga rendah untuk mengantisipasi reversal. Support adalah area beli bagi trader yang melakukan BoW.
Pembelian dilakukan ketika harga sudah mengalami kejatuhan beberapa hari dan signifikan.
Penurunan harga tersebut juga diikuti tekanan jual yang sudah berkurang atau sudah oversold.
Sehingga risiko lebih kecil ketika membeli saham di support.
Salah satu cara paling populer adalah melakukan Buy On Weakness dalam suatu tren Channel bisa dalam trend bullish, sideways, atau bearish.
Baca Juga: Biden Dilantik sebagai Presiden AS, Apa Dampaknya bagi Perekonomian Indonesia?
Tren Bullish
BoW saat trend bullish relatif lebih aman karena support menjadi tempat rebound harga dan membentuk higher low dan minim breakdown.
Sehingga jika pada satu kasus trader ketinggalan moment menjual saham di harga yang tinggi, support berikutnya masih di atas support sebelumnya.
Sideways
BoW saat sideways tak hanya bisa melihat support saja. Namun juga perlu melihat fase atau stage dalam siklus saham.
Sideways bisa terjadi saat stage 1 yaitu sideways setelah downtrend dan di di stage 3 yaitu sideways setelah uptrend.
Risiko akan lebih besar jika sideways di stage 3 karena ada potensi saham breakdown. Sehingga harus lebih waspada.
Baca Juga: Saham ANTM Rebound, Saatnya Beli? Ini Rekomendasi Ellen May Institute
Trend Bearish
Prinsipnya tetap sama yaitu membeli saham saat di support untuk memanfaatkan reversal dalam jangka pendek.
Membeli saham dengan BoW ketika downtrend akan sangat berisiko.
Hal ini karena support sangat rawan di ‘jebol’ atau breakdown dan membentuk lower low. Jadi yang awalnya mau untung malah buntung.
Baca Juga: Meski Masih Pandemi, Pasar Saham di Tahun 2021 Sangat Berpeluang
Classic Support
Selain melihat trend, kita juga bisa menarik garis support klasik atau horizontal.
Hal ini karena tidak selalu harga menyentuh garis trendline.
Bisa jadi rebound sebelum garis trendline atau bahkan break dari trend sehingga harus menyesuaikan kembali garis support dan resisten.
Baca Juga: Ingin Berinvestasi Saham, Perhatikan Hal-Hal Berikut Ini Agar Sukses
Kapan Buy dan Kapan Sell?
Strategi BoW bisa menggunakan garis support trendline sebagai area beli dan melihat volume sebagai indikasi tekanan jual.
Jika harga sudah di area trendline dan pada saat yang sama volume sudah melemah, maka bisa menjadi momen untuk buy.
Sedangkan area jual bisa dilakukan di trendline resisten.
Baca Juga: Jangan Gegabah! Ini Tips Agar Bijak Kelola Bonus Akhir Tahun
Strategi BoW lebih optimal digunakan saat trend bullish karena secara garis besar pergerakan harga saham tersebut diikuti oleh optimisme sehingga support bisa menjadi tempat yang ‘nyaman’ untuk melakukan aksi buy. Jika dibandingkan saat bearish dimana support bisa breakdown.
Selain itu perhatikan keaktifan saham pada saat jam perdagangan. Jika sudah aktif, dan ada indikasi menguat maka bisa membeli saham tersebut.
Kenapa harus aktif? Jika tidak terlalu aktif, ada potensi harga tidak langsung rebound tapi tetap bergerak di area support.
Strategi ini juga digunakan dalam jangka pendek karena memanfaatkan reversal di support dan resisten.
Bahkan kadang hanya perlu satu hari untuk mencapai resisten dan ada di area jual. Sehingga trading plan dan kedisiplinan sangat diperlukan.
Baca Juga: Pentingnya Survei Kebutuhan Pasar, Sebelum Membangun Bisnis Start Up