Qodari menjelaskan bahwa, quick thinking biasanya digunakan dalam masalah yang sifatnya tidak urgent dan spontan.
Misalnya ketika orang memutuskan akan makan siang di mana, bersama siapa, hal ini bisa dipikirkan dengan cara quick thinking.
Sebaliknya, slow thinking dibutuhkan pada saat seseorang memikirkan tentang masa depan, hal fundamental, dan punya pengaruh besar dalam hidup.
Baca Juga: Tak Harus Selalu Berpikir Positif Agar Terhindar Dari Toxic Positivity
“Jangan pakai quick thinking untuk karir, beli sesuatu yang mahal, pernikahan, beli property, pekerjaan, itu slow thinking,” jelas Qodari.
Pihaknya juga menegaskan, jangan juga menggunakan slow thinking untuk hal-hal yang sifatnya sederhana, kecil, atau teknis.
“Kelamaan ntar, ditinggal,” tegasnya.
Jadi, setiap orang harus tahu penempatan dan pemakaian cara berpikir yang mana yang sesuai dengan masalah yang sedang dihadapinya.
Baca Juga: Salah Satu Teknik, Sukses Berpikir Kreatif Melalui Metode SCAMPER