Indonesia memiliki jumlah unique mobile users mencapai 133% dari total populasi. Jumlah internet users di Indonesia yang mencapai 150 juta dengan pertumbuhan 13% yoy.
"Ini merupakan pasar yang besar dan terus bertumbuh untuk potensi pengembangan fintech di Indonesia,"ujar Ahmad Murad.
Ia membeberkan, pandemi membawa dampak besar pada ekonomi digital. Pembayaran digital tumbuh selama pandemi covid-19 sebesar 65% berdasarkan BI juli 2020. Penjualan e-commerce naik 26% dari kuartal II 2019 mencapai Rp34,56 triliun. Penjualan e-retailing dan e-groceries meningkat 69%, serta e-health naik 41%.
Kendati demikian, pihaknya mengingatkan para milenial agar waspada dalam bertrasaksi di fintech, khususnya pengajuan pinjaman. Sebab dari data yang ada, fintech lending resmi baru mencapai 148 unit.
Sedangkan yang ilegal atau telah dibekukan oleh Satgas Waspada Investasi (SWI) mencapai 2.591 fintech.
Baca Juga: Banyak Dikeluhkan, Danny Beri Sinyal Rombak Struktur Pemkot Makassar
Sementara, Regional Head OVO Kalimantan Sulawesi Imelda Christiana mengakui, cashless menjadi solusi yang sangat dibutuhkan masyarakat saat ini. Mengingat ada banyak pemasalahan dalam transaksi konvensional.
"Diantaranya persedian uang kembalian, pemalsuan uang, uang hilang, hingga antrian panjang setor tunai di bank," sebut Imelda.
Olehnya itu, pihaknya menawarkan beragam kemudahan untuk pengguna OVO. Terlebih, hampir seluruh lini dari makanan hingga kesehatan menggunakan QR Code sebagai alat pembayaran.
"OVO sendiri sudah terdapat di retail food and beverage, fashion, rumah sakit, bioskop hingga donasi. Ke depan akan ada micro loans dan international and domestic remittance. Pada dasarnya ovo mendukung cashless transaksi," pungkasnya.
Baca Juga: BKKBN Menggelar Pra Rakornas Program Bangga Kencana Secara Virtual