Dikatakan Hanifah, tumpukan sampah ini perlu segera ditangani agar aktivitas masyarakat kembali pulih dan mengantisipasi munculnya penyebaran penyakit dari tumpukan sampah yang membusuk. Dinas LH Kalsel, dalam dua hari terakhir, telah berkoordinasi dengan kabupaten/kota untuk menyelesaikan masalah tumpukan sampah ini.
“Jika ditangani dengan cepat bisa menimbulkan penyakit,” jelas Hanifah.
Sedikitnya 200 orang relawan ditambah alat berat dan truk pengangkut sampah, lanjut Hanifah, diturunkan untuk penanganan sampah di Kabupaten Hulu Sungai Tengah yang merupakan daerah terparah terdampak bencana banjir dan longsor. Sedangkan di Kabupaten Banjar dan Barito Kuala, sampah belum tertangani maksimal karena banjir masih melanda wilayah tersebut.
“Kami bantu penanganan sampah di daerah berupa tenaga dan alat berat,” imbuhnya.
Baca Juga: Partai Gelora Indonesia Kalsel Kembali Salurkan Bantuan Korban Banjir
Jumlah timbunan sampah pasca bencana banjir di Kalsel diperkirakan mencapai belasan ribu ton.
"Khusus di Kabupaten Hulu Sungai Tengah, yang mengalami bencana terparah, volume sampah mencapai 10 ribu ton. Sejauh ini baru terangkut 2.000 ton," tambahnya.
Pada saat normal, volume sampah per hari yang dihasilkan 13 kabupaten/kota sebanyak 2.100 ton dengan Kota Banjarmasin menjadi penyumbang terbanyak 500 ton dan Kabupaten Banjar 385 ton.
“Ada peningkatan volume sampah rata-rata 25% dan beberapa wilayah belum bisa ditangani karena masih dilanda banjir. Penumpukan sampah ini tidak termasuk sampah yang dibuang ke sungai oleh masyarakat,” pungkasnya.