Bukan hanya sekedar penghijauan semata, penanaman besar-besaran kayu "Jati" Kalimantan ini, juga turut melestarikan tanaman khas Kalsel yang mulai punah.
"Ini termasuk pelestarian pohon endemik Kalimantan yang mulai langka," tegasnya.
Selain itu, reboisasi ini juga mendukung daya cegah kerusakan lingkungan, karena pohon Ulin sangat bagus menahan erosi dan tanah longsor.
"Baik untuk mencegah erosi dan meminimalisir dampak pemanasan global," beber Birin.
Baca Juga: Komisi IV DPRD Kalsel Komunikasikan Kondisi Pascabanjir ke Kemensos RI
Oleh karenanya, Birin mengajak semua pihak agar bersama-sama memupuk kesadaran untuk terus menanam, sebagai wujud kepedulian terhadap lingkungan.
"Ayo kita terus galakan menanam sebagai bukti kecintaan terhadap lingkungan," tutupnya.
Sementara itu dalam laporannya, Plt Kepala Dinas Kehutanan Kalsel, Fatimatuzzahra, menerangkan bahwa penanaman 10 ribu bibit kayu Ulin ini dilaksanakan serentak di seluruh wilayah Kalsel.
"Selain di halaman Gedung Ideham Khalid juga dilakukan penanaman di tempat lain. Seperti di Desa Mandapai, Kabupaten HST, ada 250 bibit Ulin yang ditanam dan Kebun Raya Balangan ada 100 batang yang ditanam," terang Aya.
Sebagian besar penanaman, terang Aya, langsung dipimpin kepala daerah setempat dan dimotori oleh Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) masing-masing daerah.
"Sebagai besar Pa gubernur penanaman di daerah dipimpin langsung oleh bupati/walikota," tambahnya.
Diakuinya, proses tumbuh pohon Ulin ini dangat lambat dibanding tanaman lain. Namun dengan perawatan yang tepat, pertumbuhannya akan sesuai dengan yang diharapkan.
"Pohon Ulin memang lambat tumbuhnya. Setahun paling 0,2-1 cm atau jauh di bawah pertumbuhan pohon lain yang mencapai 1-2 cm setiap tahun," tutup Aya.