Sonora.ID - Indonesia merupakan negeri yang kaya. Beragam kearifan lokal dari tradisi, budaya, kuliner dan sebagainya hadir di negeri nusantara.
Termasuk minuman fermentasi khas tiap-tiap daerah yang tersebar dari Sabang hingga Merauke.
Terlepas dari kontroversi alkohol, sejumlah suku di Tanah Air terbukti memiliki tradisi panjang dalam mengembangkan minuman dengan kandungan zat memabukkan.
Umumnya minuman semacam ini disajikan sebagai pelengkap ritual adat, pesta-pesta, atau hanya sekedar untuk menghangatkan badan.
Baca Juga: Mengenal Tradisi Kopi Arab dari Masjid Layur Semarang
Berikut , minuman beralkohol dari hasil dari fermentasi yang menjadi kearifan lokal asli Indonesia :
Tuak adalah minuman tradisional yang cukup populer. Dibuat dengan bahan dasar gula aren, sejumlah varian bisa ditemui dengan mudah di berbagai wilayah di Indonesia.
Tuak di Sumatra Utara misalnya, dicampur dengan buah-buahan kering. Sementara masyarakat Lombok justru senang mengombinasikannya dengan akar-akaran dan rempah.
Meski bisa memabukkan jika dikonsumsi dalam jumlah banyak, tuak termasuk minuman ringan karena kandungan alkohol di dalamnya hanya sekitar delapan persen. Maka tak heran jika banyak penduduk di berbagai sudut Indonesia meneguk minuman ini setiap hari untuk menjaga suhu badan.
Sopi merupakan minuman tradisional asal Maluku dan Flores. Bahan utamanya adalah enau atau aren, yang disuling dan dibiarkan berfermentasi dalam sebuah batang bambu. Secara keseluruhan, proses ini bakal memakan waktu kurang lebih 10 hari.
Sopi pada umumnya memiliki rasa manis, tetapi kadang ada juga yang senang menambahkan bahan lain seperti rempah dan akar-akaran.
Minuman yang namanya diambil dari kata Belanda, zoopje (minuman kecil) ini konon sudah menjadi salah satu favorit warga setempat sejak zaman penjajahan bangsa asing.
Sopi bagi masyarakat setempat layaknya sebuah simbol kebersamaan. Biasanya sopi disajikan dalam momen-momen khusus, ritual, atau upacara adat. Dalam kultur mereka, sopi dianggap minuman yang prestisius.
Baca Juga: Warkop Legendaris Solo Yang Bikin Betah Nongkrong
Kalau tuak memiliki kadar alkohol tak lebih dari belasan persen, arak Bali disinyalir punya kadar lebih tinggi, yakni mencapai 30-50 persen. Dalam takaran yang tak pas, arak bakal memabukkan. Namun, fungsi utama arak bukan untuk membuat orang mabuk.
Minuman ini dipakai untuk keperluan upacara adat dengan ritual tertentu. Sama seperti daerah lain, tujuannya untuk keakraban. Arak dibuat dari fermentasi dari sari kelapa dan buah-buahan. Umumnya, arak diminum dengan campuran, seperti jus atau sirup supaya rasanya lebih nikmat.
Ciu merupakan minuman beralkohol yang banyak beredar di Jawa Tengah. Ada dua jenis yaitu ciu Bekonang yang berasal dari Sukoharjo dan ciu Banyumas. Sejarah ciu bisa ditelusuri lagi sejak zaman kolonial Belanda saat ada miras dengan label Batavia Arrack van Oosten.
Kala itu Batavia Arrack van Oosten memproduksi miras dengan bahan baku yang banyak ditemui di wilayah Nusantara seperti beras yang difermentasi, tetes tebu dan kelapa.
Masyarakat tradisional Banyumas sanggup membuat racikan miras menggunakan bahan baku ketela pohon. Bahkan sampai saat ini pembuatan ciu di daerah Banyumasan masih tergolong sangat tradisional dan sebenarnya tidak mengandung campuran dari bahan kimia buatan lainnya.
Baca Juga: 5 Minuman Yang Bisa Bantu Pikiran Menjadi Lebih Fokus
Sedangkan ciu Bekonang berkembang sejak 1950-an di Mojolaban, Sukoharjo. Ciu Bekonang adalah sejenis minuman keras tradisional yang dibuat dari tetes tebu dengan cara disuling. Ciu merupakan produk dari proses pertama dalam pembuatan alkohol. Saking melegendanya ciu di daerah ini ada jalan yang diberi nama Jalan Ciu.
Jika kebetulan berkunjung ke Papua dan mendapatkan suguhan minuman Swansrai, maka kamu boleh berbangga hati. Sebab minuman ini konon hanya disajikan warga setempat untuk menghormati tamu yang dianggap penting. Penyajiannya pun unik karena menggunakan wadah dari tempurung kelapa.
Minuman yang dihasilkan dari fermentasi air pohon kelapa yang sudah tua. Layaknya tuak dan arak, swansrai memiliki kadar alkohol lumayan tinggi, yakni berkisar 20-30 persen.
Tana Toraja memiliki beragam kekayaan budaya menarik untuk diselami. Salah satunya adalah minuman tradisional bernama Ballo. Minuman ini sering disajikan masyarakat Toraja ketika sedang mengadakan pertemuan atau menggelar ritual keagamaan.
Ballo terbuat dari getah pohon lontar dan termasuk salah satu minuman khas Sulawesi Selatan yang unik karena sering disajikan dalam gelas bambu. Jenisnya ada dua, varian pertama memiliki rasa manis dan ringan dengan kandungan alkohol sekitar 10 persen, sementara varian kedua lebih keras dan asam.
Baca Juga: 6 Minuman Sehat yang Bisa Bantu Turunkan Berat Badan
Minuman fermentasi asli indonesia ini sebenarnya penting untuk terus dilestarikan. Selain karena merupakan salah satu budaya asli orang-orang di daerah, produksinya juga dapat mendukung ekonomi terutama lewat sektor pariwisata. Dengan membuat regulasi yang jelas pemerintah dapat mendukung produksi minuman tersebut tanpa harus di salah gunakan.