Sonora.ID - Menjadi seorang pemimpin wanita bukanlah suatu hal yang mudah untuk dilakukan.
Ada banyak hal yang harus diperhatikan ketika menjadi seorang pemimpin, salah satunya kemampuan dalam mempengaruhi orang lain.
Sikap tersebut sangatlah dibutuhkan dalam sebuah kepemimpinan, hal ini bertujuan agar orang lain dapat tergugah melakukan kerjasama dalam mencapai tujuan bersama.
Namun, banyaknya keberagaman pada orang-orang yang dipimpin seperti perbedaan usia, gender, dan suku terkadang membuat pemimpin wanita menjadi tidak percaya diri dalam memimpin orang lain.
Baca Juga: Rhenald Kasali: Pemimpin Dituntut Mampu Beri Arah Baru Dan Punya Empati
Dalam webinar Dialog Intergenerasional “Women and Girls: Game Changers in Development” yang diadakan oleh Yayasan Plan International Indonesia (Plan Indonesia) berkolaborasi dengan Kementerian Keuangan Republik Indonesia (Kemenkeu) pada Sabtu (6/3/2021), Menteri Keuangan RI Sri Mulyani mengatakan bahwa memahami karakter lawan bicara adalah hal pertama yang harus dilakukan saat ingin meng-influence orang lain.
Ketika kita sudah memahami betul karakter dari lawan bicara yang akan kita ajak kerjasama, maka bisa dipastikan beberapa obrolan yang ingin kita sampaikanpun akan berjalan lancar.
Sikap empati merupakan hal yang wajib sekali dimiliki dalam kepemimpinan.
"Apabila Anda ingin mempengaruhi atau meminta kerjasama dengan orang lain maka Anda harus memiliki jiwa empati. Kamu tidak akan bisa memahami orang lain jika tidak punya empati terhadap lawan bicara," kata Sri Mulyani.
Baca Juga: Sering Disamakan, Apa Perbedaan Seorang Leader dan Manajer?
Untuk mendapatkan modal empati dan kecerdasan emosi, seseorang harus bisa mengasah kepekaan dan kepeduliannya terhadap hal sekecil apapun.
Cobalah untuk mencari topik atau pembahasan yang diketahui lawan bicara sebagai pembukaan dalam berkomunikasi.
Jika sudah memahami karakter lawan bicara, kemudian yang harus difokuskan adalah 'apa yang ingin dicapai bersama'.
Jangan berpikir mentang-mentang kita sebagai pemimpin kita selalu ingin dihormati, dipentingkan atau mendapatkan pengakuan dari orang lain.
Baca Juga: Apakah Setiap Orang Memiliki Kesempatan Menjadi Seorang Pemimpin?
"Kalau Anda mikirnya hanya aku yang penting maka tidak akan pernah terjalin yang namanya realtionship dan to lead-nya. Karena to lead itu bukannya menyuruh orang lain untuk manut kita tapi to lead adalah untuk bersama-sama to achieve the goals," jelasnya.
Berilah arahan dan solusi positif kepada orang lain tanpa harus menggurui jika memang ingin dilihat sebagai pemimpin.
Jika hal tersebut dilakukan tentu akan membuka sebuah percakapan baru. Secara tidak sadar kita telah sikap leadership yang baik.
Sri Mulyani menegaskan bahwa kepemimpinan itu bisa mempersulit, memotivasi, bisa menyimpulkan sebuah energi dan ide pikiran hingga mencapai sebuah tujuan bersama.
"Seorang pemimpin itu harus pintar mengunci ego, karena pemimpin bukan tentang ego tapi tentang orang lain dan tujuan," ungkap dia.
Baca Juga: Motivator: Menjadi Pemimpin Butuh Proses yang Harus Dilewati