Sonora.ID - Tipe didikan orang tua kepada anak pastinya beragam jika dibandingkan dengan tipe orang tua lainnya, hal ini pun akan membentuk sikap dan sifat anak yang berbeda juga.
Terkait dengan tipe didikan orang tua kepada anak, kerap kali secara sengaja atau tidak terbentuk kondisi yang kemudian disebut dengan toxic parents.
Lucy Kusman sebagai Master Trainer dan Transformation Coach bahkan menyebutkan bahwa tidak ada orang tua yang tidak toxic.
Baca Juga: Kenapa Banyak Orang yang Susah Keluar dari Toxic Relationship?
“Menurut aku secara pribadi ya, enggak ada parents yang enggak toxic itu enggak ada kalau menurut aku, karena kita pasti melakukan kesalahan,” tegasnya dalam program Smart Parenting di Radio Smart FM.
Toxic parents itu sendiri diartikan sebagai perilaku orang tua yang menyebabkan anak merasakan ketidaknyamanan secara terus-menerus.
“Toxic parents itu sebuah perilaku yang dilakukan oleh orang tua yang sadar atau pun tidak sadar mengakibatkan anak-anak merasa bersalah terus-menerus, ketakutan, berkewajiban melakukan sesuatu terus-menerus gitu. Jadi kata kuncinya adalah terus-menerus itu,” jelasnya.
Baca Juga: Pernah Nyangkut di Toxic Relationship? Ini 3 Tanda Trauma yang Sering Diabaikan
Meski toxic parents ini dianggap sebagai hal yang pasti ditemukan, namun Lucy menegaskan bahwa racun pun ada kadarnya, ada yang berbahaya dan ada yang tidak.
Jadi, tanda seorang orang tua sudah mulai ‘beracun’ bagi anaknya adalah ketika sudah ada pola perilaku yang terbentuk agar sang anak merasa atau harus melakukan sesuatu secara terus-menerus.
Ciri-ciri toxic parents
“Sudah jadi pattern dan terus-menerus. Kalau ciri-cirinya, orang tua yang self-centered atau hanya memikirkan diri sendiri. Jadi dalam berelasi dengan anaknya, selalu pentingnya apa untuk saya, dan lupa untuk anaknya,” jelas Lucy menambahkan.
Baca Juga: Jangan Sampai Terjebak di Dalamnya, Ini 5 Tanda Pertemanan Toxic
Tak hanya orang tua yang egois, toxic parents ini juga ditanda dengan penggunaan kata-kata yang kasar dari orang tua kepada anak.
“Kalau berat bisa verbal atau physical abuse,” tegasnya.
Ciri yang ketiga adalah orang tua yang ingin memiliki kontrol penuh kepada sang anak, tidak memperbolehkan anak memiliki emosi, tidak menghargai anaknya, dan menggunakan rasa bersalah anak untuk ketenangan orang tua.
“Misalnya, ‘kalau kamu enggak membantu mama, nanti mama jadi sedih dan susah’. Nanti anak jadi merasa bersalah, bahwa apa yang mereka lakukan mengakibatkan orang tua sedih,” sambungnya menegaskan.
Baca Juga: Tak Harus Selalu Berpikir Positif Agar Terhindar Dari Toxic Positivity