Banjarmasin, Sonora.ID - Sudah menjadi agenda tahunan, Pemko Banjarmasin menggelar pasar wadai ramadhan. Namun semenjak pandemi melanda 2020 lalu, pasar wadai ramadhan ditiadakan, dan digantikan secara online.
Alasannya, pasar wadai ramadhan sangat rentan terjadi kerumunan yang membuat potensi penularan CoVID-19 semakin besar.
Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Banjarmasin, Ehsan El Haque mengaku, belum memutuskan apakah akan tetap digelar secara online atau offline atau berjualan secara langsung.
Baca Juga: Perluas Produk Pasar UMKM Bali di Masa Pandemi, Menparekraf Bantu Pemasaran di Jakarta
"Kita belum memutuskan. Tapi ada dua opsi, apakah tetap online atau offline. Karena ada permintaan dari Paguyuban menghendaki berjualan seperti biasa," ucapnya ketika dikonfirmasi Smart FM, di lobi Balai Kota.
Akan tetapi menurutnya, Pemko Banjarmasin kemungkinan besar hanya memfasilitasi pelaku usaha atau UKM untuk digelar secara online. Dimana saat ini prosesnya sudah tahap inventarisasi.
Mengingat untuk pasar wadai ramadhan secara langsung atau offline masih sulit dilaksanakan, ditengah suasana pandemi yang masih berlangsung. Utamanya yang paling sulit adalah mencegah terjadinya kerumunan.
Baca Juga: 7 Kuliner Legendaris di Kota Tangerang, Ada yang Pernah Coba?
"Kalau mau secara offline silahkan saja ajukan permohonan kepada Satgas Pengendalian CoVID-19. Karena kami tidak berani memfasilitasi," pungkasnya.
Ia menambahkan, bagi pelaku usaha yang ingin ikut berjualan secara online akan terlebih dulu. Yakni hanya mereka yang berdomisili di Banjarmasin dan bukan franchise, yang ditargetkan ada 150 pedagang.
Adapun omset yang diperoleh saat gelaran pasar wadai ramadhan secara online tahun lalu diklaim mencapai Rp 2,7 M.
Angka ini menandakan kenaikan hingga tiga kali lipat dari pasar wadai ramadhan yang digelar sebelum pandemi melanda 2019 lalu.
"Naik tiga kali lipat dari 2019 yang omsetnya hanya Rp900," tutupnya.
Baca Juga: 7 Kuliner Legendaris di Kota Tangerang, Ada yang Pernah Coba?