Selain bahan pangan, sebagai pakan ternak, batang dan daun sorgum bisa diberikan untuk sapi, keerau, kambing dan domba. Kemudian sebagai energi, batang dari beberapa jenis sorgum dapat diolah menjadi etanol.
Dimana batang ini dapat menghasilkan nira yang kemudian diolah menjadi gula atau sirup. Nira inilaj yang selanjutnya difermentasi dan mengalami proses destilasi sehingga menjadi etanol 95 Persen.
Ia menambahkan bahwa sorgum ini mempunyai daya adaptasi yang luas, dan lebih tahan kekeringan daripada jagung.
Dikatakan juga jika tanaman ini tergolong kuat di daerah kekeringan, hama penyakit sedikit, dan hanya menjadi musuh terbesar saat panen adalah burung, karena kandungan nutrisinya tinggi, sehingga sorgum ini sangat bagus untuk pakan ternak.
Baca Juga: Wagub Sumsel: Ketersediaan Pangan Sumsel Melimpah di Tahun 2020
Iwan Dewantana menyampaikan bahwa sorgum ini sekali tanam bisa 3 kali panen. "Untuk panen selanjutnya, kita bisa memotongnya dan disisakan 2-3 ruas, maka selanjutnya tanaman ini akan tumbuh kembali namun kekurangan kandungan nutrisinya tidak sebagus tumbuh pertama,"ucapnya.
Terkait perkembangan sorgum,Menurut Iwan Dewantana bahwa tanaman ini memiliki pertumbuhan yang tergolong cepat yakni sekitar 3 bulan sudah bisa berbuah, asalkan kondisi lahannya bagus.
Kemudian, mengenai pembudidayaan sorgum ini, ia mengatakan bahwa sorgum bisa hidup hampir sama dengan tanaman jagung, dari 0-500mdpl.
Baca Juga: TP PKK Ajak Kampanyekan Cinta pada Makanan Tradisional dari Bahan Pangan Lokal
Selanjutnya untuk kebutuhan bibit 1 hektar lahan bisa mendapatkan 10 kg. "Dan Bibit ini komposit yang artinya bisa digunakan berulang-ulang,"tambahnya.
Saat ini, luas lahan tanaman sorgum di Desa Dukuh yang baru di uji cobakan seluas 47 are. Jadi memang belum banyak, jadi kami ingin membuktikannya dulu kemampuan masyarakat untuk menanam, mengelola, dan kami juga ajari mengolah.
Apabila ini berhasil akan menjadi contoh yang bisa diliat langsung karena masyarakat sekarang jika tidak melihat langsung masyarakat tak akan percaya,"ungkap Iwan Dewantama.
Pihaknya sangat berharap masyarakat semakin mengenal dan familiar dengan sorgum.
"Kedepan mudah-mudahan sorgum akan menjadi bahan panganan yang menjadi pilihan alternatif buat masyarakat bali dipilih, ada beras, jagung, ketela dan sorgum sehingga kita semakin kaya variasi sumber makanan pokok kita yang dihasilkan sendiri, itulah kedaulatan pangan,"tutupnya.
Baca Juga: Jelang Ramadhan, Harga Sembako di Palembang Diprediksi Naik