Bali, Sonora.ID - Sejak Tahun 2018 lalu, Conservation International (CI) Indonesia telah bekerja bersama dengan Lembaga Pengelola Hutan Desa (LPHD) Anugrah Wisesa untuk pengelolaan Hutan Desa Dukuh, di Kecamatan Kubu, Kabupaten Karangasem.
Untuk meningkatkan kedaulatan pangan lokal di Desa Dukuh, yang kini mulai terancam oleh pengikisan pengetahuan lokal akan keragaman tanaman pangan di wilayahnya, kegiatan perkebunan yang berorientasi pada produk untuk dijual, dan dampak perubahan iklim.
Maka, CI Indonesia mengadakan diskusi dan mencoba pengembangan menu olahan berbahan dasar sorgum, dalam acara “Mengenal Sorgum untuk Kedaulatan Pangan Lokal Dukuh” yang bertempat di Dusun Bahel, Desa Dukuh Karangasem.
Salah satu upaya yang telah dilakukan adalah restorasi Hutan Desa Dukuh dan pengelolaannya secara berkelanjutan.
Baca Juga: Komisi II DPRD Kalsel Lakukan Pemantauan Cadangan Pangan Pascabanjir
Selain itu, Di luarkawasan hutan desa, CI Indonesia juga telah mengembangkan plot demonstrasi diversifikasi pangan berupa penanaman Sorgum di lahan seluas 45 are, bekerjasama dengan Kelompok Tani Karya Winangun.
Memiliki nama Latin Sorgum Bicolor, Sorgum merupakan biji-bijian sereal yang bentuk tanamannya tinggi seperti jagung yang kini tengah dibudidayakan oleh CI Indonesia bersama Kelompok Tani Karya Winangun.
Sorgum lebih dikenal sebagai bahan sirup, seperti di Amerika Serikat. Namun, sorgum juga bisa dijadikan tepung sebagai pengganti tepung gandum.
Baca Juga: Keterbatasan Pasokan dan Faktor Cuaca, Picu Kenaikan Komoditas Pangan
Selain itu, sorgum juga bisa dimasak begitu saja layaknya beras. Dapat dijadikan nasi goreng sorgum, bubur, maupun sup. Ada juga waffle, kukis, dan roti tawar dari sorgum.
Senior Manager Bali Island & Sunda Banda Seascape Conservation International Indonesia, I Made Iwan Dewantama mengatakan bahwa Ini merupakan bagian acara besar yang dilakukan dibidang konservasi, dimana dalam bidang konservasi ini CI Indonesia ingin berbicara tentang kedaulatan pangan. Dimana masyarakat diharapkan mampu menyediakan pangannya sendiri.
Lebih lanjut, disampaikan bahwa kegiatan ini juga merupakan bukti nyata yang dilakukan oleh CI Indonesia di Desa Dukuh bersama masyarakat agar para petani mampu menanam, kemudian memanen dan mereka bisa mengolahnya sebagai pengganti beras.
Iwan Dewantama juga mengungkapkan bahwa budidaya sorgum di Dusun Bahel, Desa Dukuh Kabupaten Karangasem ini sangat cocok karena iklim panas dan kering yang mendukung.
Baca Juga: Kunjungan Kerja DPD RI Ke Disketapang Pekanbaru Bahas Soal Pertanian
Diungkapkan bahwa sorgum ini sebenarnya sudah ada sejak lama di Bali bahkan di Indonesia.
"Ini sebenarnya bukan bahan pokok asing, melainkan sudah lama ada di Bali atau di Indonesia. Kami ingin mengembalikan sorgum sebagai bahan makanan pokok yang pernah ada di Bali,"harap Iwan Dewantama.
Untuk tantangan Kedepan pihaknya memprediksi sangat besar kemungkinanan Bali akan menghadapi krisis air dan khususnya di Kabupaten Karangasen yang memang sangat sedikit sumber mata airnya.
Baca Juga: Wagub Sumsel: Ketersediaan Pangan Sumsel Melimpah di Tahun 2020
Sehingga diharapkan masyarakat lebih peduli dan adaktif terhadap dampak perubahan iklim global.
Dalam kesempatan ini, Iwan Dewantama juga mengungkapkan bahwa sorgum ini banyak memiliki keunggulan diantara merupakan tanaman yang multiguna, multi pangan, pakan ternak dan energi kedepannya.
Selain bahan pangan, sebagai pakan ternak, batang dan daun sorgum bisa diberikan untuk sapi, keerau, kambing dan domba. Kemudian sebagai energi, batang dari beberapa jenis sorgum dapat diolah menjadi etanol.
Dimana batang ini dapat menghasilkan nira yang kemudian diolah menjadi gula atau sirup. Nira inilaj yang selanjutnya difermentasi dan mengalami proses destilasi sehingga menjadi etanol 95 Persen.
Ia menambahkan bahwa sorgum ini mempunyai daya adaptasi yang luas, dan lebih tahan kekeringan daripada jagung.
Dikatakan juga jika tanaman ini tergolong kuat di daerah kekeringan, hama penyakit sedikit, dan hanya menjadi musuh terbesar saat panen adalah burung, karena kandungan nutrisinya tinggi, sehingga sorgum ini sangat bagus untuk pakan ternak.
Baca Juga: Wagub Sumsel: Ketersediaan Pangan Sumsel Melimpah di Tahun 2020
Iwan Dewantana menyampaikan bahwa sorgum ini sekali tanam bisa 3 kali panen. "Untuk panen selanjutnya, kita bisa memotongnya dan disisakan 2-3 ruas, maka selanjutnya tanaman ini akan tumbuh kembali namun kekurangan kandungan nutrisinya tidak sebagus tumbuh pertama,"ucapnya.
Terkait perkembangan sorgum,Menurut Iwan Dewantana bahwa tanaman ini memiliki pertumbuhan yang tergolong cepat yakni sekitar 3 bulan sudah bisa berbuah, asalkan kondisi lahannya bagus.
Kemudian, mengenai pembudidayaan sorgum ini, ia mengatakan bahwa sorgum bisa hidup hampir sama dengan tanaman jagung, dari 0-500mdpl.
Baca Juga: TP PKK Ajak Kampanyekan Cinta pada Makanan Tradisional dari Bahan Pangan Lokal
Selanjutnya untuk kebutuhan bibit 1 hektar lahan bisa mendapatkan 10 kg. "Dan Bibit ini komposit yang artinya bisa digunakan berulang-ulang,"tambahnya.
Saat ini, luas lahan tanaman sorgum di Desa Dukuh yang baru di uji cobakan seluas 47 are. Jadi memang belum banyak, jadi kami ingin membuktikannya dulu kemampuan masyarakat untuk menanam, mengelola, dan kami juga ajari mengolah.
Apabila ini berhasil akan menjadi contoh yang bisa diliat langsung karena masyarakat sekarang jika tidak melihat langsung masyarakat tak akan percaya,"ungkap Iwan Dewantama.
Pihaknya sangat berharap masyarakat semakin mengenal dan familiar dengan sorgum.
"Kedepan mudah-mudahan sorgum akan menjadi bahan panganan yang menjadi pilihan alternatif buat masyarakat bali dipilih, ada beras, jagung, ketela dan sorgum sehingga kita semakin kaya variasi sumber makanan pokok kita yang dihasilkan sendiri, itulah kedaulatan pangan,"tutupnya.
Baca Juga: Jelang Ramadhan, Harga Sembako di Palembang Diprediksi Naik