Sonora.ID - Beberapa tahun belakangan, masyarakat Indonesia bahkan generasi muda sudah mulai melek dengan investasi, sehingga investor muda pun jumlahnya bertambah.
Namun, ternyata tak sedikit investor yang belum memiliki tujuan yang jelas pada saat memutuskan untuk berinvestasi.
Bicara tentang goal based investment, Financial Expert, Mohammad B Teguh dalam Smart Financial Wisdom di Radio Smart FM menegaskan bahwa tujuan menjadi hal yang penting dan harus diperhatikan khususnya oleh investor pemula.
Baca Juga: Raih Kekayaan Finansial dengan 'Kakeibo', Seni Menabung ala Orang Jepang
“Mengarahkan investor, terutama investor newbie, untuk memiliki tujuan, sehingga arah dari investasinya menjadi tertata, dan menghindarkan seseorang dari sifat greedy atau serakah,” tegas Teguh.
Selama ini, banyak orang yang berinvestasi demi mendapatkan pendapatan tambahan, sehingga menjadikan return menjadi hal yang utama.
Padahal, Teguh menegaskan bahwa return memang hal yang penting dalam berinvestasi, tetapi masih ada hal lainnya yang sama pentingnya.
Baca Juga: Tips Tetap Bisa Menabung dan Investasi dengan Gaji Rp 4 Juta
“Return memang hal yang penting, tapi bukan satu-satunya hal yang harus dituju. Karena di balik return, terutama return yang tinggi, itu ada risiko. Biasanya return yang tinggi risikonya juga tinggi,” sambungnya menegaskan.
Di sinilah pentingnya sebuah tujuan dalam berinvestasi, ketika seseorang bertujuan untuk return yang tinggi, maka orang itu harus siap juga dengan risiko yang tinggi.
Teguh menjelaskan bagi orang yang menetapkan tujuan dengan waktu yang relatif tidak panjang, maka bisa dilakukan investasi pada produk yang konservatif.
Baca Juga: Jadi Investasi di Hari Tua, Terapkan 4 Motivasi Olahraga yang Benar!
“Misalkan saya mau menyekolahkan kuliah tahun depan, itu artinya jangka waktu investasi saya menjadi pendek. Saya akan memilih produk yang konservatif, misalnya reksadana pasar uang atau taruh di deposito,” jelasnya memaparkan.
Sedangkan sebaliknya, untuk investasi yang jangka panjang misalnya dana pensiun, bisa dilakukan investasi lain sesuai dengan tujuan tersebut.
“Tetapi untuk pensiun saya, misalnya 20 tahun ke depan, investasi saya bisa di reksadana saham atau langsung ke saham. Nah pemilihan tujuan inilah yang mengarahkan investor untuk memilih produknya,” tegasnya.
Baca Juga: Jadi Investasi, Helmy Yahya: Kecerdasan Itu dari Doa Orang Tua