Sonora.ID - Anak muda memiliki energi yang berapi-api untuk mencapai tujuan dan cita-cita dalam hidupnya, tak heran jika banyak anak muda yang terkesan sangat sibuk dengan berbagai aktivitas.
Bahkan gaya hidup tersebut kemungkinan akan terbawa hingga tua, terbiasa untuk memenuhi hari dengan bekerja secara penuh.
Hal ini disebut dengan over-productive, ketika seseorang cenderung bekerja terus-menerus dan tidak memiliki kehidupan yang seimbang antara pekerjaan, keluarga, kehidupan pribadi, dan sosial.
Baca Juga: 4 Tips Jadi Bawahan Produktif, Hingdranata: Tak Semua Orang Jadi Leader
Meski demikian, Licensed Master Trainer of NLP, Hingdranata Nikolay menyebutkan bahwa over-productive itu tidak pernah ada.
“Over-productive itu enggak ada sih, enggak ada. Yang menjadi problem adalah kalau saya mengerjakan sesuatu yang saya tidak suka sama sekali. Jam kerja saya tinggi, saya stres. Itu problem,” ungkapnya dalam program Smart NLP di Radio Smart FM.
Dengan demikian, Hing melihat bahwa ketika seseorang bekerja terus-menerus dan tidak merasa terbeban dengan pekerjaannya, maka ia tidak akan merasa dirinya over-productive.
Baca Juga: Pelaku UMKM, Begini Syarat dan Cara Daftar Agar Dapat BPUM 2021
Di sisi lain, dalam hal kehidupan keluarga, sosial, dan pribadi, Hing menyebutkan bahwa hal tersebut tetap bisa dilakukan dan dicukupkan dengan baik, dengan adanya mindfulness.
“Yang paling penting bukanlah berapa jam saya kerja setiap hari, berapa jam saya bersama keluarga, bukan itu yang paling penting. Tetapi adalah saat saya bersama siapa dan apapun, atensi full saya ke situ,” sambungnya menjelaskan.
Artinya bahwa ketika seseorang sibuk bekerja, tetapi tetap bisa pulang untuk meluangkan waktu bersama keluarga meski hanya 1-2 jam, tetapi atensinya penuh pada waktu keluarga tersebut, maka kebutuhan akan kehidupan keluarga pun tercukupi.
Baca Juga: Cara Ampuh Detoks Media Sosial untuk Hari-hari yang Lebih Produktif
Begitu juga dengan waktu untuk bersosial dan untuk diri pribadi.
Bagi Hing, hal-hal tersebut bisa tercukupkan bukan dengan waktu yang seimbang, tetapi dengan kualitas yang sama baiknya dengan saat bekerja.
“Waktu 1 jam full, fokus ke mereka, tertawa bersama, makan bersama, bersenda gurau bersama mereka, itu yang penting. Makanya disebut quality time. Yang lucu 5 jam bersama keluarga tapi masing-masing pegang gadget, itu bukan family time,” tegas Hing.
Baca Juga: Bosan? Ini 9 Aktivitas Sederhana di Waktu Kosong, Supaya Tetap Produktif