Safrizal mengatakan bahwa adanya transaksi non-tunai ini juga bisa menekan kerugian-kerugian dari transaksi konvensial atau tunai, dan dapat mendukung pergerakan ekonomi di era pandemi.
“Keuntungan transaksi non-tunai atau cashless ini kita bisa petik semaksimal mungkin dan kerugian yang ditimbulkan dari transaksi tunai bisa kita tekan. Harapannya ekonomi bergerak dengan cara-cara yang kreatif, agar kita mampu bertahan di suasana pandemi ini dengan ekonomi terus berkembang” ujarnya.
Kepala Kantor Perwakilan BI Wilayah Kalsel, Amanlison Sembiring menyampaikan, sejak pandemi kunjungan wisatawan ke Indonesia turun sebanyak 78,8% pada tahun 2020. Hal ini tentunya juga turut berdampak kepada dunia pariwisata di daerah.
Baca Juga: Cegah Corona, Pj Gubernur Kalsel Imbau Warga Tak Buka Puasa Bersama
“Dengan adanya digitalisasi pembayaran diharapkan sektor pariwisata di Kalimantan Selatan dapat perlahan bangkit dan berkembang kembali di era new normal ini,” ujarnya.
Pasar Terapung Lok Baintan adalah salah satu objek wisata yang unik dan hanya dapat ditemukan di Provinsi Kalsel. Dimana seluruh kegiatan perdagangan atau jual beli dilakukan secara ‘terapung’ menggunakan perahu dan di atas permukaan sungai. Keunikan ini lah yang menarik para wisatawan baik domestik ataupun asing.
Pada launching atau peresmian ini, tercatat ada 150 orang pedagang Pasar Terapung Lok Baintan yang kedepannya bisa melakukan transaksi dengan menggunakan QRIS atau Quick Response Code Indonesian Standard.
Baca Juga: Menyesuaikan Zaman, Kalsel Bersiap Terapkan Raperda Berbasis Digital