Puncak tradisi Dugderan adalah kirab Warak Ngendog, replika binatang bertubuh kambing dan berkepala naga dengan hiasan kertas warna-warni yang melambangkan budaya Tionghioa, Arab, dan Jawa.
Warak Ngendog yang merupakan maskot Dugderan ini diarak bersama dengan karnaval yang disaksikan ribuan masyarakat di sepanjang jalan yang dilewatinya.
Namun, di 2 tahun terakhir, arak-arakan Dugderan dari Balaikota ke Masjid Kauman Semarang ditiadakan,mengingat dunia tengah dilanda pandemi dan pemerintah menegaskan untuk social distancing dan phisical distancing sehingga tidak boleh mengadakan acara keramaian yg menciptakan kerumunan.
Baca Juga: Mengenal Tradisi Kopi Arab dari Masjid Layur Semarang