"Model songkok yang banyak dicari adalah songkok polos hitam. Itu yang mahal," ujarnya.
Anto menuturkan, sebelum pandemi melanda, ia bisa melayani pemesanan banyak hingga ke daerah. Tapi karena adanya kebijakan larangan mudik sejak tahun lalu, ia kini hanya mengandalkan pengendara jalan untuk membeli dagangannya.
"Pembeli biasa ada pesan banyak buat dibawa ke daerah. Sekarang pulang kampung tidak bisa. Jadi orang lewat mami kita andalkan," ucap Trisno.
Kondisi tersebut praktis ikut berdampak pada omzet penjualannya. Anto mengaku, sebelum pandemi, ia bisa meraup keuntungan bersih sebesar 20 juta rupiah. Sayangnya, kini dirinya harus menerima kenyataan dengan penurunan pendapatan yang cukup drastis.
"Sekarang hasil penjualan bisa mencapai 10 juta bersih dalam sebulan. Sebelum pandemi bisa sampai 20 juta. Itupun susah sekali dapat 10 juta," keluhnya.
Padahal, lanjut Anto, dirinya harus merogoh kocek dalam untuk memodali usahanya yakni sekitar 15 jutaan.
Anto berharap, pandemi Covid-19 segera berlalu agar ia dan rekannya sesama pedagang songkok bisa kembali untung.
Baca Juga: Abaikan Teguran, Satpol PP Makassar Bongkar Paksa Lapak di Jalan Pengayoman