Sonora.ID - Siapa yang tak kenal Jusuf Hamka? Sosok di balik jalan tol di Indonesia ini dikenal sebagai seorang yang dipenunhi dengan harta dan kekayaan.
Namun, Jusf Hamka ternyata tidak memiliki ijazah formal. Bukan karena dirinya tak cerdas, akan tetapi dia mengaku tidak suka mengenyam pendidikan formal.
Meski demikian, Jusuf Hamka berhasil menjalin hubungan sosial dengan orang-orang ternama seperti dekat dengan Keluarga Cendana, menjadi anak ideologis ulama besar Prof Buya Hamka, dan sejak muda hingga kini berkarib dengan bos Artha Graha Tomy Winata (TW).
Baca Juga: Kunci Bahagia: Mencintai Diri Sendiri Sebelum Mencintai Orang Lain
Di balik keberhasilannya, lelaki yang semula bernama Josef Alun itu mengungkapkan kisah masa lalunya sebelum berhasil menjadi pengusaha.
"Dulu saya jualan macam-macam. Es mambo, kacang, dan saya mimpi jadi tukang parkir. Karena kalau saya lewat di belakang Metro Pasar Baru itu banyak teman-teman saya yang kerja jadi tukang parkir dan mereka dapat Rp 10.000 sampai Rp 15.000 per hari," jelas Jusuf.
Kala itu, lanjutnya, uang Rp 10.000 merupakan nominal yang cukup besar. Ia pun membandingkan nominal tersebut dengan satu mangkok bakmie yang hanya seharga Rp 300.
"Kala itu harga bakmie cuman Rp 300. Kalau dapat Rp 10.000 per hari bisa nyimpen banyak. Mimpinya itu doang enggak ada yang lain," tegasnya.
Ia mengaku tidak berasal dari keluarga pengusaha. Jusuf Hamka lahir dari seorang ibu yang berprofesi menjadi guru dan ayah yang merupakan dosen. Namun, uang jajan yang diterimanya setiap hari tidaklah banyak. Dari situlah dia berinisiatif untuk berdagang.
"Zaman dulu anak kecil kan selalu ingin jajan lebih. Jadi dengan uang yang minim saya siasati dengan berjualan. Teman saya ada yang nawarin dagangan es mambo milik ibunya. Saya mau akhirnya saya jualin," Jusuf Hamka bercerita.
Jusuf Hamka mengatakan tidak pernah malu untuk berjualan atau berdagang pada zaman dulu hingga sekarang.
Baca Juga: 7 Hal yang Wajib Diperhatikan Sebelum Menerima Tawaran Kerja dengan Gaji Tinggi
"Dulu enggak ada kata malu, sekarang juga enggak malu. Ada filosofi saya, gengsi makan biaya dan gengsi tidak ada biaya. Jadi buat apa kita malu-malu. Selama kita tidak mencuri dan menipu kenapa harus malu?" kata dia.
Tak hanya itu, tambahnya, dirinya mengaku belajar banyak dari buku-buku untuk mencapai kesuksesan. Meski awalnya mengira buku demikian hanya hoaks, namun Jusuf Hamka mengaku dari buku tersebut pemikirannya akan kesuksesan lebih terbuka.
"Dulu saya kira buku-buku kayak gitu itu hoaks. Ternyata tidak, memang buku tentang bagaimana mencapai kekayaan, bagaimana menjadi orang sukses tidak semata-mata menjadikan kita orang sukses dalam waktu sekejap. Tapi buku itu mengajarkan kita pada sistematika pemikiran kita tentang kekayaan," jelasnya.