Lebih lanjut disampaikan Gubernur, salah satu bentuk mitigasi bencana komprehensif yaitu lewat kehadiran kampung tangguh atau kampung siaga bencana sangat dibutuhkan. Dimana, dalam koordinasi Kemensos dinamakan kampung siaga bencana, sedangkan dalam koordinasi BNPB dinamakan kampung atau desa tangguh. Supaya ada kewaspadaan dan kemandirian untuk melakukan antisipasi bencana tertentu seperti banjir, gempa atau angin puting beliung.
“Ketika ada titik tertentu ini potensi bencana banjir, gempa atau angin puting beliung, maka kewaspadaannya berbeda di setiap kampung siaga bencana atau kampung tangguh,” ujarnya.
Menurut Khofifah, secara bertahap bisa disiapkan kampung tangguh atau kampung siaga bencana untuk membangun kemandirian masyarakat dalam melakukan mitigasi dan antisipasi bencana di Jatim. Pada kampung tangguh atau kampung siaga bencana tersebut harus ada lumbung sosial. Lumbung sosial ini berbeda di setiap potensi kebencanaan. Misalkan daerah potensi banjir di lumbung sosial disiapkan perahu karet, tali.
Baca Juga: Hibur PMI di Karantina, Gubernur Jatim Ajak Makan Ketupat Sayur
“Nanti akan dilakukan pemetaan kembali kampung siaga bencana atau kampung tangguh sesuai dengan potensi kemungkinan resiko bencananya,” imbuhnya.
Sementara itu, Bupati Blitar Rini Syarifah mengatakan, Pemkab Blitar sedang mendata dan menginventarisir kerusakan terdampak gempa di Blitar. Sementara ini, terdata kerusakan ringan 113 rumah dan kerusakaan berat masih diinventaris. Untuk fasilitas umum, terjadi kerusakan yang cukup parah pada Puskesmas Wates.
“Inventaris dua hari kedepan insyaallah akan selesai. Kita percepat,” pungkas Bupati Blitar.