Surabaya, Sonora.ID - Gempa bumi yang kembali mengguncang sejumlah kawasan di Jawa Timur, tepatnya pada Jumat (21/05) lalu jadi perhatian Pemprov.
Berdasarkan informasi resmi BMKG, gempa berkekuatan 6,2 magnitudo dimutakhirkan menjadi 5,9 magnitudo tersebut berpusat di 57 Km Tenggara Kabupaten Blitar dengan kedalaman 110 km.
BMKG memastikan gempa tersebut tidak menimbulkan ancaman tsunami, tetapi dirasakan 31 kabupaten/kota di Jatim. Selanjutnya diikuti sebanyak empat kali gempa susulan berkekuatan 2,9 - 2,7 - 2,8 dan 3,1 magnitudo.
Sementara itu, berdasarkan data Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jatim, Sabtu (10/04/2021) tercatat sebanyak 1 orang luka berat, dan 1 orang luka ringan akibat bencana alam tersebut.
Baca Juga: Gempa Magnitudo 7,2 di Nias juga Dirasakan oleh Sejumlah Daerah Tetangga
Gempa bumi juga mengakibatkan ratusan rumah, fasilitas kesehatan, sarana pendidikan, dan tempat ibadah mengalami kerusakan mulai dari kategori rusak ringan, rusak sedang maupun rusak berat.
Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa telah melakukan peninjauan secara langsung sekaligus memberikan dukungan kepada warga pada beberapa lokasi terdampak gempa di Kabupaten Blitar, Sabtu (22/05/2021).
Lokasi pertama yang sempat ditinjau Khofifah adalah Dusun Buneng, RT.004/RW.003, Desa Boro Kecamatan Selorejo, dan sesampainya disana disambut oleh Bupati Blitar, Forkopimda Kab. Blitar, Ka. Bakorwil Malang, dan Plt. Kalaksa BPBD Prov. Jatim.
Pada lokasi pertama tersebut, terdapat rumah yang terdampak cukup parah yaitu milik Tukinem. Kondisi rumah tersebut sebagian temboknya runtuh dan gentengnya rawan jatuh. Tak hanya melihat kondisi rumah, Gubernur juga menyapa Tukinem dan warga lainnya yang terdampak bencana gempa.
Selain itu, juga menyerahkan bantuan untuk warga di terdampak berupa sembako, masker kain sebanyak 15.000 buah, masker medis 2.000 buah, lauk pauk BNPB 40 Kardus, dan Terpal 100 Lembar.
Kemudian, peninjauan dilanjutkan ke Dusun Jabung, Desa Jabung, Kecamatan Talun, Kab. Blitar. Setibanya di Dusun Jabung, Khofifah bersama Bupati Blitar meninjau rumah-rumah terdampak gempa berkekuatan 5,9 SR. Salah satu rumah terdampak cukup parah yaitu milik Jazuli, penjual tempe.
Ruang dapurnya runtuh total, tembok di dalam rumahnya retak-retak. Di lokasi tersebut juga dilakukan penyerahan bantuan berupa sembako, masker kain 15.000 buah, masker medis 2.000 buah, lauk pauk BNPB 40 Kardus, dan terpal 100 lembar.
Seusai melakukan peninjauan, Gubernur mengharapkan, perbaikan rumah dan fasilitas umum yang terdampak gempa dapat dilakukan sesegera mungkin. Ia menambahkan, total perbaikan pada rumah rusak berat, rusak sedang akan dikoordinasikan lebih lanjut untuk dapat dicover BNPB, ataupun bisa dari BPBD kabupaten dan BPBD provinsi.
“Perbaikan dengan penyegeraan sesuai tingkat urgensi terutama untuk warga yang kondisi rumahnya mengkhawatirkan jikalau ada gempa susulan atau ada angin khawatir genteng jatuh. Mereka juga perlu evakuasi sampai rumahnya terbangun. Untuk rumah bu Tukinem misalnya, bisa dilakukan perbaikan full paket seperti semenisasi, pembangunan MCK, dan sebagainya," urai Khofifah.
Terkait mitigasi bencana di Jatim, Khofifah menegaskan, Pemprov Jatim melalui BPBD Jatim terus melakukan mitigasi bencana secara kontinyu dan berkoordinasi dengan Kepala BMKG. Namun demikian, kondisi yang mitigasi bencana yang dilakukan dengan yang terjadi di lapangan tidak selalu linier.
“Dulu yang sudah di exercise bahkan Pak Pangdam dan Kapolda juga turun sampai menghitung titik evakuasi di Pacitan, kemudian di Banyuwangi. Tetapi yang terjadi bencana gempa terdampak di Malang, Lumajang, dan sebagian Blitar,” katanya.
Karenanya, lanjut Khofifah, mitigasi bencana harus dilakukan lebih komprehensif ke depan. Kewaspadaan semua pihak termasuk pembuatan konstruksi bangunan tahan gempa harus dioptimalkan utamanya di bagian selatan Pulau Jawa termasuk wilayah selatan Jatim. Ini penting, sebab selatan Pulau Jawa ini dilalui wilayah ring of fire di mana gempa di satu titik resonansi nya bisa antar pulau atau antar provinsi.
Lebih lanjut disampaikan Gubernur, salah satu bentuk mitigasi bencana komprehensif yaitu lewat kehadiran kampung tangguh atau kampung siaga bencana sangat dibutuhkan. Dimana, dalam koordinasi Kemensos dinamakan kampung siaga bencana, sedangkan dalam koordinasi BNPB dinamakan kampung atau desa tangguh. Supaya ada kewaspadaan dan kemandirian untuk melakukan antisipasi bencana tertentu seperti banjir, gempa atau angin puting beliung.
“Ketika ada titik tertentu ini potensi bencana banjir, gempa atau angin puting beliung, maka kewaspadaannya berbeda di setiap kampung siaga bencana atau kampung tangguh,” ujarnya.
Menurut Khofifah, secara bertahap bisa disiapkan kampung tangguh atau kampung siaga bencana untuk membangun kemandirian masyarakat dalam melakukan mitigasi dan antisipasi bencana di Jatim. Pada kampung tangguh atau kampung siaga bencana tersebut harus ada lumbung sosial. Lumbung sosial ini berbeda di setiap potensi kebencanaan. Misalkan daerah potensi banjir di lumbung sosial disiapkan perahu karet, tali.
Baca Juga: Hibur PMI di Karantina, Gubernur Jatim Ajak Makan Ketupat Sayur
“Nanti akan dilakukan pemetaan kembali kampung siaga bencana atau kampung tangguh sesuai dengan potensi kemungkinan resiko bencananya,” imbuhnya.
Sementara itu, Bupati Blitar Rini Syarifah mengatakan, Pemkab Blitar sedang mendata dan menginventarisir kerusakan terdampak gempa di Blitar. Sementara ini, terdata kerusakan ringan 113 rumah dan kerusakaan berat masih diinventaris. Untuk fasilitas umum, terjadi kerusakan yang cukup parah pada Puskesmas Wates.
“Inventaris dua hari kedepan insyaallah akan selesai. Kita percepat,” pungkas Bupati Blitar.