Padahal, kekerasan tak hanya secara fisik, tetapi juga verbal, salah satunya adalah ketika orang tua meremehkan anaknya tidak bisa melakukan sesuatu.
“Kekerasannya bukan hanya ditempeleng, dicubit, dijewer, bukan hanya itu. Tapi juga kekerasan verbal, misalnya ‘bodoh’, ‘goblok’, atau ‘gitu saja enggak bisa’. Atau bisa juga pernyataan yang nampaknya sayang,” sambung Octo menegaskan.
Pernyataan yang terlihat menyayangi tetapi padahal merendahkan atau meremehkan pun sering terjadi, misalnya ‘sudah nak, kamu enggak perlu ngapa-ngapain kan kamu enggak bisa’, ‘tidak usah main bola, nanti jatuh, luka, kan kamu enggak bisa terluka seperti itu’.
Baca Juga: Bentuk Karakter Anak yang Baik, Orang Tua Diminta Hindari Kekerasan
Octo menegaskan bahwa ungkapan-ungkapan tersebut yang terdengar memperhatikan kondisi anak ternyata justru termasuk dalam kekerasan verbal dan KDRT.
“Ini termasuk di dalam kekerasan, mengapa? Karena secara tidak disadari oleh orang tua, ini mendoktrin si anak itu bahwa dia tidak bisa ngapa-ngapain,” tegas Octo.
Hal ini bisa membuat anak tidak mau melakukan aktivitas tertentu karena sudah ditanamkan sejak kecil bahwa dirinya tidak bisa.
Baca Juga: Faktor Genetik, Dokter Ungkap Katarak yang Terjadi pada Anak dan Bayi