Sonora.ID - Kekerasan dalam Rumah Tangga atau yang kerap kali dikenal dengan sebutan KDRT adalah suatu kondisi tidak menyenangkan yang terjadi di dalam rumah tangga.
Bukan melulu perlakuan kekerasan dari istri kepada suami atau suami kepada istri, tetapi KDRT ini juga termasuk perilaku kekerasan dari orang tua kepada anak atau sebaliknya.
Dalam program Sonora Opini di Radio Sonora FM, seorang Hipnoterapis Octorina Basushanti menegaskan bahwa, masih banyak orang tua yang belum menyadari bahwa kerap kali melakukan KDRT kepada anaknya.
Baca Juga: Tak Hanya secara Fisik, Ini 8 Tanda Anda Alami KDRT Emosional
“Kalau kita ngomong KDRT, kekerasan yang diekspos biasanya adalah kekerasan yang dilakukan oleh laki-laki dan perempuan dalam kaitan berpasangan, padahal KDRT tidak hanya itu. Karena saya bergerak pada anak-anak, ini juga bisa terjadi pada anak-anak,” ungkapnya menegaskan.
Bukan hanya dari orang tua kepada anak, ternyata KDRT ini juga termasuk perilaku kekerasan sesama anak di dalam rumah, misalnya kakak kepada adiknya, atau sebaliknya.
Tak hanya itu, Octo juga menegaskan bahwa banyak orang yang masih melihat KDRT ini sebagai perilaku kekerasan yang berhubungan dengan fisik.
Baca Juga: Lama Work From Home selama Pandemi, Jumlah KDRT Malah Meningkat
Padahal, kekerasan tak hanya secara fisik, tetapi juga verbal, salah satunya adalah ketika orang tua meremehkan anaknya tidak bisa melakukan sesuatu.
“Kekerasannya bukan hanya ditempeleng, dicubit, dijewer, bukan hanya itu. Tapi juga kekerasan verbal, misalnya ‘bodoh’, ‘goblok’, atau ‘gitu saja enggak bisa’. Atau bisa juga pernyataan yang nampaknya sayang,” sambung Octo menegaskan.
Pernyataan yang terlihat menyayangi tetapi padahal merendahkan atau meremehkan pun sering terjadi, misalnya ‘sudah nak, kamu enggak perlu ngapa-ngapain kan kamu enggak bisa’, ‘tidak usah main bola, nanti jatuh, luka, kan kamu enggak bisa terluka seperti itu’.
Baca Juga: Bentuk Karakter Anak yang Baik, Orang Tua Diminta Hindari Kekerasan
Octo menegaskan bahwa ungkapan-ungkapan tersebut yang terdengar memperhatikan kondisi anak ternyata justru termasuk dalam kekerasan verbal dan KDRT.
“Ini termasuk di dalam kekerasan, mengapa? Karena secara tidak disadari oleh orang tua, ini mendoktrin si anak itu bahwa dia tidak bisa ngapa-ngapain,” tegas Octo.
Hal ini bisa membuat anak tidak mau melakukan aktivitas tertentu karena sudah ditanamkan sejak kecil bahwa dirinya tidak bisa.
Baca Juga: Faktor Genetik, Dokter Ungkap Katarak yang Terjadi pada Anak dan Bayi