Sonora.ID - Indonesia adalah salah satu negara yang dikenal dengan keanekaragaman di dalamnya, termasuk banyaknya suku, budaya, adat, hingga kepercayaan warga negaranya.
Meski masyarakat Indonesia lahir dalam keberagaman, masih banyak masyarakat Indonesia yang mengaku tidak menyukai perbedaan dan cenderung mencari lingkungan yang sama dengan dirinya.
Melihat hal itu, Licensed Master Trainer of NLP, Hingdranata Nikolay dalam program Smart NLP di Radio Smart FM menyebutkan bahwa hal tersebut tidak benar adanya, karena pada dasarnya manusia suka dan tertarik dengan hal yang berbeda dengan dirinya.
Baca Juga: Biasakan Hindari Labeling, Hingdranata: Lebih Baik Lakukan Hal Ini!
“Satu bagian penting dalam otak kita pada saat melihat perbedaan adalah excitement, karena otak kita suka hal yang berbeda-beda, variasi itu otak kita senang. Kenapa kita suka social media? Karena perbedaan tadi. Social media yang updatenya setiap detik tadi, itu bikin kita excited,” jelas Hing menegaskan.
Jadi, pada dasarnya memang manusia suka dengan perbedaan, otak manusia akan memberikan sinyal kegembiraan pada saat melihat adanya perbedaan.
Baca Juga: Investasi Seperti Apakah yang Cocok untuk Masa Depan?
“Jadi beberapa orang yang tidak mengerti bilang ‘saya tidak suka perbedaan’, salah besar! Kita suka banget dengan perbedaan itu,” sambungnya menegaskan.
Otak menganggap perbedaan tersebut seperti penyegaran baru dalam kehidupan manusia, itu mengapa tak sedikit orang yang suka dengan kebaruan yang ditawarkan oleh social media, karena otak suka dengan hal yang baru.
Bagi Hing, kalau saja media sosial tidak menyajikan kebaruan setiap detik, kemungkinan besar manusia tidak akan menggunakan media sosial tersebut.
Baca Juga: Master Trainer Hingdranata: Goal Sebaiknya Tertulis, Apa Tujuannya?
“Karena refreshment-nya itu per second, itu otak kita menyala-nyala. Malah kalau kita tidak ngintip hampir setiap menit, kita merasa ketinggalan,” tegas Hing.
Meski demikian, Master Trainer ini juga menyebutkan ada bagian otak yang lain yang memang melihat perbedaan ini sebagai ancaman atau tantangan.
Maka, ia menyarankan agar semua manusia melatih dirinya untuk mempertajam bagian otak yang memberikan rasa excitement terhadap perbedaan daripada menganggapnya sebagai ancaman.
Baca Juga: Mengapa Jomblo Mungkin Lebih Baik daripada Berada dalam Hubungan?