Makassar, Sonora.ID - Rumah Sakit Khusus Daerah (RSKD) Dadi Makassar terus mengalami defisit pendapatan. Perawatan pasien Orang Dengan Gangguan Jiwa (ODGJ) menjadi beban terbesar rumah sakit.
Hal itu diakui Direktur RSKD Dadi dr Arman Bausat saat ditemui awak media usai pelaksanaan vaksinasi perdana ODGJ, baru-baru ini.
Ia mengatakan, perawatan ODGJ membutuhkan biaya cukup besar. Sementara anggaran yang dikelola pihaknya sangat terbatas.
Untuk itu, saat ini pihaknya membuat program Home Dropping yaitu mengantar pasien ODGJ kembali ke keluarganya masing-masing. Menurut Arman, jika upaya tersebut tidak dilakukan, maka rumah sakit akan terus merugi.
Baca Juga: Antisipasi Penularan Covid-19, Belasan ODGJ Lakukan Rapid Test
Ia menyebut, jumlah pasien ODGJ di RSKD Dadi sekarang tersisa 350 orang dari sebelumnya mencapai 700 orang.
"Ternyata setengahnya itu sudah layak pulang jadi kita punya program baru Home Dropping kami sendiri yang antar ke kampung," ujarnya.
Tak tanggung-tanggung, beban rumah sakit sempat menembus angka Rp10 miliar. Dengan program Home Droppng, kini pihaknya bisa mengirit hingga 40 persen anggaran atau senilai Rp4,5 miliar.
Menurut Arman, beban yang ditanggung rumah sakit tidak hanya pada kebutuhan harian pasien. Tetapi juga biaya obat dan perawatan lainnya.
Sementara, setengah dari pasien tidak lagi menjadi peserta Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) sebab iuran BPJS Kesehatan tak dibayarkan oleh keluarga.
Baca Juga: Vaksin Langka, Masyarakat Diminta Ekstra Disiplin Protokol Kesehatan
Ia menuturkan, dari total jumlah pasien yang ada, 300 diantaranya telah tercover BPJS Kesehatan. Sehingga masih ada 50 pasien lagi yang menjadi tanggungan rumah sakit.
"Dulu awal saya masuk 2019 lalu, defisit kita 50 persen dari pasien. Makanya saya ambil kebijakan obat harus dibatasi. Dan itu berlangsung sampai sekarang. Kami siapkan celana dalam, pakaian, sabun. Kenapa RS Dadi pendapatannya kurang karena beban rumah sakit jiwa besar," bebernya.
Ia pun menyesalkan sikap Dinas Sosial (Dissos) yang seolah lepas tangan untuk ikut merawat ODGJ. Minimal dalam hal pengurusan administrasi. Padahal menurutnya, Dissos memiliki tanggung jawab dalam penanganan ODGJ sangat dibutuhkan.
"Dissos sangat tidak berminat untuk mengurus administrasi ODGJ. Maunya antar pasien ke sini habis diantar langsung pergi mereka. Urus tanggungan tidak ada yang mau pikir," keluhnya.
Baca Juga: Hasil Uji Job Fit, Wali Kota Makassar Ungkap Banyak Pejabat Tidak Kompeten
Untuk itu, pihaknya mangapresiasi intervensi Plt Gubernur Sulsel Andi Sudirman yang akan memindahhkan ODGJ layak pulang ke panti sosial khusus remaja di Kabupaten Maros. Mereka ditampung karena tidak lagi memiliki rumah dan keluarga.
"Alhamdulillah Plt sudah berkeras ke Dissos harus dilaksanakan karena awalnya ada resistensi. Mereka tidak terbiasa merawat orang gila, ketakutan semua," ungkapnya.
Arman menambahkan, Panti Sosial seluas 8 hektar tersebut rencananya mulai ditempati oleh ODGJ awal 2022 mendatang. Adapun kapasitas panti bisa menampung lebih dari 100 orang.
"Kalau dipindahkan, mereka yang sudah membaik tidak campur dengan yang sakit supaya tidak gampang kambuh," pungkasnya.
Baca Juga: Siap Bertanding, Atlet PON XX Papua di Sulsel Tunggu Jadwal Vaksinasi