2. Tradisi Apitan
Tradisi Apitan atau lebih dikenal dengan sedekah bumi mungkin sudah lumrah bagi kalangan masyarakat Jawa.
Tradisi ini dilakukan setiap tahun, tepatnya dibulan Apit dalam kalender aboge, atau bertepatan dengan bulan dzulqo’dah dalam penanggalan hijriyah.
Apitan atau sedekah bumi memiliki makna yang sangat dalam yakni sebagai wujud syukur warga terhadap nikmat yang telah diberikan Tuhan.
Umumnya tradisi Apitan diisi dengan pagelaran wayang kulit, kethoprak dan kesenian yang lainnya. Hal ini sebagai bentuk pelestarian budaya jawa yang dimulai oleh Sunan Kalijaga kala berdakwah dengan wayang kulitnya.
3. Tradisi Megengan
Tradisi Megengan diselenggarakan oleh masyarakat Kabupaten Demak dalam menyambut bulan suci Ramadhan 1439 Hijriyah yang dilaksanakan di Alun-Alun Simpang Enam Kabupaten Demak. Megengan dalam bahasa Jawa bermakna menahan.
Artinya, sebagai suatu peringatan memasuki bulan Ramadhan, dimana umat Islam diwajibkan untuk berpuasa yakni menahan hawa nafsunya.
Sejumlah acara kesenian rakyat ditampilkan untuk memeriahkan tradisi Megengan, seperti tari zippin khas pesisir, sendratari Haryo Penangsang Mbalelo, dan sendratari suko-suko megengan.
Selain hiburan kesenian rakyat, dalam acara megengan juga digelar aneka kuliner tradisional. Kuliner tersebut berjejer di sepanjang Simpang Enam hingga kawasan Pecinan Demak.
Baca Juga: 5 Rekomendasi Taman Kota Semarang yang Asyik untuk Ngabuburit