Semarang, Sonora.ID - Demak dikenal dengan kota wali yang menyimpan banyak sejarah dan peninggalan para wali.
Kota yang menjadi cikal bakal Islam di Jawa itu meninggalkan kenangan dan ingatan religius berupa Masjid Demak dan makam Sunan Kalijaga.
Banyak peziarah datang untuk berziarah ke Makam Sunan Kalijaga maupun ke makam sultan pertama Demak Raden Patah. Selain itu biasanya peziarah juga mengunjungi Museum Masjid Demak.
Selain peninggalan religius nya ini, Demak juga terkenal dengan kota yang memliki banyak tradisi yang masih melekat hingga sekarang.
Apa saja tradisi yang ada di Kota Demak? Ini dia 5 tradisi Kota Demak yang masih bertahan sampai sekarang.
1. Tradisi Grebeg Besar
Grebeg Besar adalah tradisi yang diselenggarakan tiap tahun sekali dalam rangkaian Hari Raya Idul Adha (Qurban).
Tradisi ini diselenggarakan sebagai bentuk penghormatan dan rasa syukur atas perjuangan para leluhur, khususnya sehubungan kegiatan syi’ar Islam yang dilaksanakan walisongo terutama Sunan Kalijaga.
Acara Grebeg Besar diawali dengan saling bersilaturahmi antara pihak Kasepuhan Kadilangu dan Bupati Demak.
Usai silaturahmi, dilanjutkan ziarah ke makam para leluhur Sultan Bintoro di kompleks Masjid Agung Demak, dilanjutkan ziarah ke makam Sunan Kalijaga di desa Kadilangu.
Setelah itu pada malam menjelang Idul Adha diadakan acara Tumpeng Sembilan yang menggambarkan jumlah 9 wali (walisongo).
Selanjutnya, diserahkan oleh Bupati kepada Takmir Masjid Agung Demak untuk dibagikan kepada para pengunjung.
Baca Juga: Berwisata Sejarah, Jangan Lupa Mampir ke Museum Kereta Api Ambarawa
2. Tradisi Apitan
Tradisi Apitan atau lebih dikenal dengan sedekah bumi mungkin sudah lumrah bagi kalangan masyarakat Jawa.
Tradisi ini dilakukan setiap tahun, tepatnya dibulan Apit dalam kalender aboge, atau bertepatan dengan bulan dzulqo’dah dalam penanggalan hijriyah.
Apitan atau sedekah bumi memiliki makna yang sangat dalam yakni sebagai wujud syukur warga terhadap nikmat yang telah diberikan Tuhan.
Umumnya tradisi Apitan diisi dengan pagelaran wayang kulit, kethoprak dan kesenian yang lainnya. Hal ini sebagai bentuk pelestarian budaya jawa yang dimulai oleh Sunan Kalijaga kala berdakwah dengan wayang kulitnya.
3. Tradisi Megengan
Tradisi Megengan diselenggarakan oleh masyarakat Kabupaten Demak dalam menyambut bulan suci Ramadhan 1439 Hijriyah yang dilaksanakan di Alun-Alun Simpang Enam Kabupaten Demak. Megengan dalam bahasa Jawa bermakna menahan.
Artinya, sebagai suatu peringatan memasuki bulan Ramadhan, dimana umat Islam diwajibkan untuk berpuasa yakni menahan hawa nafsunya.
Sejumlah acara kesenian rakyat ditampilkan untuk memeriahkan tradisi Megengan, seperti tari zippin khas pesisir, sendratari Haryo Penangsang Mbalelo, dan sendratari suko-suko megengan.
Selain hiburan kesenian rakyat, dalam acara megengan juga digelar aneka kuliner tradisional. Kuliner tersebut berjejer di sepanjang Simpang Enam hingga kawasan Pecinan Demak.
Baca Juga: 5 Rekomendasi Taman Kota Semarang yang Asyik untuk Ngabuburit
4. Tradisi Ados Dawet Lempuyangan
Tradisi Ados Dawet Lempuyangan adalah tradisi yang diselenggarakan setiap musim kemarau panjang, warga Desa Lempuyang, Demak Jawa Tengah.
Tradisi sebagai bentuk bersyukur dan berdoa agar kekeringan selama kemarau tetap bisa menghasilkan panen.
Tradisi ini dilakukan dengan berkeliling kampung sambil mengarak tujuh gunungan hasil bumi. Uniknya, kepala desa juga harus dimandikan dengan minuman dawet.
Setelah itu, gunungan hasil bumi diperebutkan warga. Warga sangat antusias berebut gunungan karena mereka meyakini bahwa akan mendapat berkah tersendiri bagi keluarga.
5. Tradisi Syawalan
Kabupaten Demak merupakan daerah pesisir yang memiliki kebudayaan pesisiran yaitu Pesta Sedekah Laut yang sering disebut Syawalan.
Tradisi Syawalan diadakan tiap tahun sekali, tepatnya seminggu setelah Hari Raya Idul Fitri. Tradisi Syawalan ini diselenggarakan sebagai rasa syukur masyarakat kepada Tuhan atas pemberian rezeki yang didapat dengan harapan rezeki yang didapat bisa melimpah berikutnya.
Banyak kegiatan yang dilaksanakan saat tradisi syawalan, seperti lomban perahu dengan dayung, larung sesaji ke tengah laut, dan juga beberapa rangkaian kegiatan seni seperti pergelaran wayang kulit, rebana, pasar malam tradisional, kuda lumping, lomba perahu hias dan lain-lain.
Baca Juga: Ingin Bermain Air dan Menikmati Alam? Berikut 5 Wisata Air Terjun di Semarang