Maros, Sonora.ID - Warga Binaan Pemasyarakatan (WBP) Lembaga Pembinaan Khusus Anak (LPKA) Kelas II di Kabupaten Maros membutuhkan dukungan dari berbagai kalangan. Terlebih mereka sebagian besar masih berusia belia.
Hal itu diakui Kepala LPKA Kelas II Maros, Tubagus M. Chaidir. Saat ini, terdapat 46 orang anak yang menjadi warga binaan di LPKA Kelas II Maros. Mereka berasal dari berbagai daerah di Sulawesi Selatan.
Suasana haru menyelimuti saat anak-anak Warga Binaan Pemasyarakatan (WBP) Lembaga Pembinaan Khusus Anak (LPKA) Kelas II di Kabupaten Maros menunjukkan keterampilannya dalam berpuisi dan bernyanyi dengan tema Ayah dan Ibu, Jum'at, 25 Juni 2021.
Hal itu disaksikan saat tim Andalan Mengaji bersama dengan beberapa organisasi wanita melakukan Anjangsana di LPKA Kelas II Maros.
Kepala LPKA Kelas II Maros, Tubagus M. Chaidir, berharap, kehadiran Andalan Mengaji bersama organisasi wanita ini bisa memberikan bimbingan, support, semangat, dan memotivasi anak-anak binaan LPKA Maros.
"Mereka rata-rata remaja berusia dan atau dibawah 17 tahun. Dari beberapa kasus tindak pidana umum dan narkoba," ujar Tubagus, Jumat (25/6/21).
Masa hukuman mereka pun beragam. Ada yang 1 tahun, 2 tahun, bahkan 10 tahun. Meski bernama Lembaga Pembinaan Khusus Anak (LPKA), namun Lapas ini juga dihuni oleh napi dewasa. Tubagus menyebut, napi anak ini tergabung dengan sekitar 256 WBP dewasa.
Baca Juga: Mulai 1 Juli, Pemkot Makassar Kerahkan Tim Detektor Deteksi Covid 19
Kendati demikian, pihaknya memiliki banyak program yang khusus diperuntukkan bagi WBP anak-anak. Hal itu dilakukan dengan harapan menjadi bekal mereka ketika bebas nanti.
"Alhamdulillah, kami melakukan pembinaan dengan pengajian, bersih-bersih, tadi malam kita lakukan Yamaha atau Yasinan. Kita berharap ini bisa meningkatkan ketakwaan anak-anak kepada Allah," sebutnya.
Ia mengaku, sebagian besar para WBP anak ini putus sekolah dan mempunyai latar belakang keluarga kurang baik. Olehnya itu, lanjutnya, sebagai generasi muda, mereka masih perlu pendampingan khusus untuk menjadi orang yang lebih baik kedepannya.
"Anak-anak dibekali dengan pendidikan formal dan informal. Pendidikan informal disebut Sekolah Mandiri Merdeka yang pengajarnya dari pegawai LPKA II Maros, sementara pendidikan formal dari Dinas Pendidikan," ungkapnya.
Para WBP anak-anak pun mendapatkan pemahaman mulai tentang etika, tingkah laku, manajemen usaha, serta diajari komputer, dan pengetahuan lainnya.
Merespon kondisi tersebut, Andalan Mengaji bersama organisasi wanita secara khusus berkunjung ke LPKA kelas II Maros untuk memberikan bantuan kepada anak-anak binaan. Diantaranya bibit pohon, perlengkapan mandi, kipas, serta bantuan lainnya.
Baca Juga: Hanya 13 WBP Lapas Perempuan Denpasar Nyoblos di Pilkada 2020
Dihadirkan pula psikolog anak dari DP3A Sulsel yang nantinya akan memberikan motivasi kepada anak-anak binaan LPKA Kelas II Maros.
Ketua I TP PKK Sulsel, Amelia, sekaligus Ketua Andalan Mengaji menyampaikan, kunjungan dan bantua tersebut merupakan iniasi Plt Gubernur Sulsel, Andi Sudirman Sulaiman bersama Plt Ketua Tim Penggerak PKK Sulsel, Naoemi Octarina.
Ia merasa terharu sekaligus prihatin lantaran mereka harus menjalani masa hukuman yang cukup lama.
"Tujuan kami berkunjung ini untuk memberikan dukungan dan support kepada anak-anak binaan agar mereka merasa adalah bagian dari kita yang diluar sehingga anak-anak bisa menjadi generasi yang lebih baik," tuturnya.
"Kegiatan ini bersinergi antara Andalan Mengaji bersama Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan, TP PKK, Dharma Wanita, Iwapi, Bunda PAUD," sambungnya.
Lebih jauh, Tubagus mengharapkan, para WBP anak-anak tidak merasa tersisihkan dalam masyarakat ketika bebas.
"Kita punya komitmen, jika yang bebas semua harus bisa mengaji, jadi (meski cukup masa tahanan) tapi tidak bisa bebas jika tidak bisa mengaji. Jadi mereka paham Salat dan ada juga yang menghafal Al-Qur'an," tuturnya.
Baca Juga: Geliatkan Ekonomi, Pemprov Sulsel Gelontorkan 200 Miliar Bantuan Keuangan Daerah