Sonora.ID - Di mana pun manusia beraktivitas, di kantor, sekolah, bahkan di rumah sekalipun, pasti ada kesepakatan atau aturan yang berlaku dan telah disepakati bersama untuk dijalankan selama berada di lingkungan tersebut.
Meski demikian, tak sedikit orang yang masih melanggar aturan atau kesepakatan tersebut sehingga membawa dampak negatif atau merugikan anggota di lingkungan tersebut lainnya.
Dalam program Smart Emotion di Radio Smart FM, Master Trainer, Anthony Dio Martin menjabarkan ada 3 jenis orang pada saat menghadapi penyimpangan yang terjadi di sekitarnya.
Baca Juga: Nyaris Meninggal, Melaney Ricardo Berhenti Nakal karena Hal Ini
Pasif
“Ada yang dalam situasi ini tidak berani ngomong apapun. Jadi, tidak berani bicara apapun atau diam saja. Maka kita bilang ini sebagai sikap pasif,” ungkapnya.
Biasanya sikap ini diambil karena merasa bahwa penyimpangan tersebut tidak berdampak besar dalam kehidupannya atau karena dirinya takut dengan orang yang melakukan penyimpangan tersebut.
Hal ini tidak baik, karena penyimpangan sekecil apapun tetap disebut sebagai pelanggaran aturan, yang bisa membawa dampak besar, dan bisa diikuti oleh orang-orang lainnya.
Baca Juga: Menjadi HRD Tidak Harus Berlatar Belakang Hukum atau Psikologi
Agresif
“Ada juga yang wah langgung orangnya dipanggil kemudian dimaki-maki. Nah, itu sikap yang kita sebut agresif,” sambung Anthony.
Memberikan teguran kepada orang yang melakukan penyimpangan, namun cara yang dipilih adalah dengan melibatkan amarah dan ada potensi melukai perasaan atau fisik orang yang bersangkutan.
Hal ini bahaya, karena bisa membuat pelaku merasa ditolak dari lingkungan tersebut dan memungkinkan timbulnya dendam.
Baca Juga: Apa Itu Side Hustle? Berikut Penjelasan dan Perbedaannya dengan Side Job
Asertif
“Asertif adalah berani untuk ngomong sama orang itu dengan tegas mengenai aturan yang dilanggar, tetapi tidak melukainya. Nah, ini penting banget apa lagi kita sebagai orang timur, kadang kita tidak punya keberanian tersebut,” jelasnya.
Sikap asertif ini sayangnya bertolak belakang dengan sikap khas orang Indonesia, yaitu ‘gak enakan’, sedangkan asertif ini sangat diperlukan demi menjaga kenyamanan diri sendiri dan orang banyak.
Tujuan dari sikap ini adalah untuk mengungkapkan pikiran atau perasaan terhadap penyimpangan tersebut, tanpa meninggalkan bekas luka pada pelaku penyimpangan.
Baca Juga: 4 Jenis Investasi yang Pas untuk Anak Remaja, Wajib untuk Kemakmuran Masa Depan