Sonora.ID - Tak bisa dipungkiri bahwa makanan yang ada di warung pece lele adalah salah satu makanan yang paling lezat dan merakyat.
Di dalam warung pecel lele kita bisa banyak menjumpai berbagai menu, mulai dari menu hewani yang kaya akan protein hingga sayuran yang baik untuk tubuh.
Memiliki cita rasa yang nikmat membuat warung ini ramai dikunjungi berbagai kalangan setiap harinya.
Namun, pernahkah kamu terbersit di pikiran mengapa tidak ada menu 'pecel', padahal dari namanya saja sudah pecel lele?
Baca Juga: Viral Pecel Lele Mahal, Ini 5 Tempat Makan di Jogja Paling Enak dan Murah untuk Wisatawan
Untuk menjawab pertanyaan tersebut, begini penjelasan sejarahnya.
Pecel lele awalnya berasal dari Jawa Timur, termasuk lamongan pada tahun 1970-an.
Pada tahun tersebut rupanya banyak pedangan pecel lele yang merantau ke Jakarta.
Lambat laut, penjual soto lamongan yang sudah ada berjualan di Jakarta pun mulai menambahkan menu pecel lele.
Hal tersebut diungkapkan oleh Jali Suprapto yang sudah berjualan soto lamongan di Jakarta dari tahun 1960-an.
"Pecel lele itu tersebar mulai akhir tahun 1970-an, orang-orang mulai adopsi pecel lele untuk dijual sama soto lamongan di Jakarta dan akhirnya tersebar,” kata Jali saat diwawancarai Kompas.com pada tahun 2007.
Baca Juga: Resep Mudah Membuat Sambal Penyetan Tenda yang Super Nikmat
Lantas mengapa tidak ada pecel yang identik dengan bumbu kacangnya?
Sebenarnya pecel lele awalnya bernama pecek lele.
Pecek berarti istilah yang digunakan warga Jawa Timur untuk cara menghidangkan makanan dengan cara dipenyet atau digeprek kemudian diberi sambal.
Masalahnya, di Jakarta ada menu makanan Betawi yang bernama pecak, dimana hidangan ini merupakan ikan tawar yang digoreng atau dibakar dan disiram kuah santan dengan rempah-rempah serta cabai dan kemiri.
Baca Juga: Harga Pecel Lele Rp 300 Ribu? Ini 3 Makanan Kaki Lima yang Mahal Banget di Luar Negeri
Agar tidak sama yang bisa menimbulkan salah persepsi maka pedagang pecel lele mengganti nama menunya menjadi pecel lele.
Kemudian, kenapa harus lele yang digunakan, mengapa tidak gurame atau nila?
Ketua Putra Asli Lamongan (Pualam), Soen’an Hadi Poernomo menjelaskan jika masyarakat Lamongan lebih memilih lele karena sifat lele yang bisa kuat hidup sehingga masih segar sebelum benar-benar di masak.
"Lele itu punya labirin di dalam tubuhnya, jadi tanpa air atau di tempat berlumpur yang ekstrem pun bisa bertahan hidup, akhirnya digoreng pas masih segar,” ujar Soen'an seperti dikutip dari Kompas.com.
Baca Juga: Bisa Jadi Ide Bisnis, Resep Membuat Naget dari Lele, Enak dan Mudah